~ Dari Mozilla turun ke Chrome
Tahun 2020 seharusnya tak perlu lagi menghadapi masalah ruwet saat browsing dengan peramban. Tapi itulah yang terjadi. Gara-gara sebiji peramban yang lamban minta ampun, urusan browsing malah bikin pusing.
Nama peramban tersebut adalah Firefox. Browser berlogo rubah api memeluk bumi itu ternyata sekarang sudah membuat kesal saya.
Dulu, Firefox adalah peramban kebanggaan saya. Setiap kali browsing saya menggunakan Firefox. Dia berjalan lancar di laptop yang RAM-nya 512 GB, dan smooth di notebook ber-RAM 2 GB.
Setiap kali ada pihak lain yang menyuruh saya berkenalan dengan peramban tetangga sebelah yakni Google Chrome, saya langsung menepisnya.
Firefox saya anggap peramban yang ganas. Dia mampu melaju cepat melibas website yang berat sekali pun. Saya tidak perlu khawatir dia harus mogok di tengah jalan.
Yah, paling sial kalau begitu banyak tab dibuka, dia akan menjerit dan pingsan seketika. Sesudah itu biasanya normal lagi.
Jika pun berjalan lambat, pada Firefox edisi 4 ke bawah, saya selalu menemukan celah untuk meng-oprek-nya agar cepat. Di forum-forum internet selalu saja ada netijen budiman yang memberikan tips dan tutorial mempercepat Firefox yang lelet.
Dan pihak Firefox pun kerap memperbaiki bug yang ada lalu merilis versi terbaru, yang tentunya tidak ketinggalan saya update.
Saat itu, telah banyak orang beralih ke Chrome. Mereka bilang, Chrome lebih gesit dari Mozilla. Ah, saya tak percaya tapi mencoba juga. Nyatanya, setelah saya ukur dengan alat dan perasaan, masih cepat Firefox, kok.
Mungkin, karena bertahun-tahun menggunakan Mozilla, otak saya telah tercuci sempurna dan menganggap dialah segala-galanya peramban. Nasib seorang konsumen di negara +62.
Peramban Mozilla juga saya benamkan ke dalam OS Linux dual boot di laptop abal-abal saya. Memang hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Banyak cacatnya.
Selain itu, mulai dari cara memasangnya hingga update sedikit rumit karena Linux menggunakan sistem repository. Tak apa, perambaan pujaan masih bisa berjalan dengan pongah di Windows 7.
Saya mulai menemukan persoalan dengan Firefox ketika menggunakan laptop dengan RAM 4 GB dan hijrah ke Windows 10. Tiba-tiba dia sering ngadat padahal kapasitas RAM sebanyak itu sudah sangat sexy buat saya.
Buka Gmail saja kepayahan. Untung, buka breedie.com masih lumayan. Ini pun perlu booting yang lama.
Bahkan, setiap kali dibuka, Mozilla ini seperti orang sesak berak yang kesulitan menemukan toilet. Dia akan heng sejenak sebelum tab-nya terbuka.
Logika saya, harusnya Firefox lancar jaya ibarat mobil racing kalau dipacu di atas jalan bagus nan mulus berupa RAM 4 GB.
Tapi logika itu patah seketika. RAM setinggi itu tak mampu membuatnya berjalan mulus. Mungkin, si rubah api butuh jalan berlumpur seperti di game Mudrunner.
Awalnya saya sangka ini ada urusannya dengan kartu grafis bawaan laptop. Atau jangan-jangan saya lupa meng-update-nya.
Saat saya cek di Google, secara umum tidak saya temui keluhan seperti itu. Kemungkinan, ini cuma terjadi pada laptop saya. Saya malu bertanya lagi kepada Google karena takut ditertawakan.
Ya udah, persetanlah dengan kau Mozilla!
Tak terima disuguhi keleletan seperti itu, saya pun memutuskan pindah ke Chrome. Sebuah browser yang tidak saya sukai, bahkan saya benci sejak awal.
Yang terjadi kemudian, saya jatuh cinta sama Chrome ini. Dia membuat kehidupan saya berselancar di dunia maya, kian lancar saja.
Lalu, apa yang terjadi sebenarnya dengan Mozilla seperti pada kasus saya di atas? Apakah ada cara untuk mengatasinya?
Di bawah ini ada tutorial yang disediakan Bung Fauzan My terkait hal itu. Bisa jadi menarik. Silakan disimak. Kepada Bung Fauzan, waktu dan halaman saya persilakan.
***
Ehm, jadi begini Bung. Tidak hanya Bung yang pernah dinistakan Mozilla. Hal serupa pernah terjadi pada saya dan membuat saya berpikir apakah kita terkena kutukan yang sama?
Ceritanya begini, saya menggunakan Firefox Quatum v72+ untuk browsing pada sistem macOS El Capitan. Tak dinyana, peramban ini sering crash ketika saya melakukan dua hal: membuka dialog ‘box save as image’ dan ‘open dialog box’ saat attach file kirim email di Gmail.
Setelah kotak dialog muncul, Firefox langsung heng. Semua fungsi klik mouse dan tombol-tombol keyboard mandul seketika tanpa respon.
Tapi, bila di salah satu tab sedang terputar video, dari Youtube misalnya, suara video tersebut akan tetap terdengar. Cantik sekali, bukan?
Kalau sudah heng begini, yang saya lakukan adalah Force Quick alias tutup paksa. Kalau di Windows namanya End Task.
Tapi lama-kelamaan crash ini saat mengganggu aktivitas per-browsing-an saya. Dari pada mumet kayak pengguna Windows di atas saya ini, akhirnya saya cari solusi.
Solusi yang saya temukan ada di laman dukungan Mozilla. Di sana disebutkan ternyata crash saat attach file untuk email bukan hanya menimpa saya. Hal buruk ini juga dialami banyak pengguna Firefox di belahan dunia yang sedang geger Corona ini.
Setidaknya ada dua langkah yang mampu saya uraikan di sini untuk mengatasi hal tersebut jika kamu juga mengalaminya, Bree.
Langkah Pertama
Perbaharui atau update peramban Firefox ke versi terbaru. Biasanya update ini berjalan secara otomatis.
Kebanyakan pengguna lebih memilih mengonaktifkan fitur auto update ini demi menghindari beban kerja yang berlebihan efeknya pada Firefox.
Maksudnya, jika di-update sambil dipakai browsing, Mozilla sedikit lelet karena terbebani dengan tugas cek update melulu.
Cara mengecek apakah fitur auto update telah aktif atau tidak, klik menu burger (ikon garis tiga lapis) di sudut kanan atas. Lalu pilih Preference.
Di bagian General, gulir layar ke bawah hingga berjumpa si dia bagian Firefox Update (kalau mau cara cepatnya, ketik saja update di bagian kolom pencarian peramban Mozilla).
Setelah itu klik tombol update bila Firefox kamu out of date. Tunggu hingga proses pembaruan selesai. Bisa masih belum puas, ngopi dulu lalu lanjut ke langkah dua.
Langkah Dua
Setelah update tapi belum memperbaiki keadaan, reset Firefox ke keadaan semula. Ya, seperti baru install pertama sekali.
Di laman dukungan Firefox, Mozilla mengatakan fitur Refresh Firefox dapat memperbaiki banyak masalah dengan mengembalikan Firefox ke kondisi default sambil menyimpan informasi penting pengguna.
Namun, sebaiknya pertimbangkan dulu sebelum mengambil jurus pamungkas untuk menggunakan fitur .
Langkah ini akan menghapus history browsing, tapi tidak akan menghapus save password login ke berbagai akun yang sudah pernah tersimpan dalam browser.
Cara
Proses ini membutuhkan waktu sedikit lama. Semua pilihan add-ons (kalau di Chrome disebutnya extensions) yang sudah Bree pasang akan dinonaktifkan.
Add-ons akan aktif kembali setelah proses selesai. Jadi jangan kuatir karena tidak akan menghapus a kesayanganmu.
Baca Juga: ‘Jin 76’ Akhirnya Sembuhkan Kutukan Crash Pada Dialog Box Mozilla Firefox
Untuk kasus saya, setelah melakukan Firefox terasa lebih ringan dan crash pun hilang. Aktivitas attach file dan save file menjadi lancar.
Langkah-langkah ini bisa diterapkan juga di peramban Mozilla yang berjalan di Windows. Kalau pun masih masih kepayahan, berarti yang salah bukan Mozilla-nya.
Bisa jadi komputer atau si pemilik komputer tersebut 🙂
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )
Senasib om, kena mozilla toxic. Sering lola, maksud hati mo pindah ke sebelah. Setelah baca disini, mo ta coba lagi ah. Yg awalnya mogila, baca disini balik lagi ke mozilla lovers. Thanks…
sama2 bang Ari 🙂