Mainan Baru itu Bernama Podcast Breedie

Singkat kata, Breedie bersepakat podcast yang dihasilkan walaupun nggak bermutu-mutu amat tetap mengandung nilai edukasi. Bisa membahas isi tulisan di Breedie atau berbicara dengan narasumber tertentu tentang topik tertentu.

Podcast Breedie Episode 1 @spotify

~ Semoga saja podcast ini tidak berhenti di episode pertama

Saat separuh Indonesia sedang bersiap-siap mencoblos pada Pemilu 2019 (dan sisanya golput), kru Breedie merancang sebuah rubrik baru. Namanya: Breedie Podcast. Rubrik yang tak pernah disangka dan diduga akan ada di Breedie.

“Mainan” baru ini tercetus setelah penulis artikel Kopdar Fathurahman Helmi “memaksa” dilakukannya kopi darat. Maka, di sebuah warung kopi berinisial AK di bilangan Lampaseh Kota, ngopi darat itu akhirnya terwujud.

Ikut hadir dalam kopdar tersebut, editor Breedie Fuadi Mardhatillah. Di ujung-ujung bergabung pemilik Acehpungo.com Taufik Almubarak.

Mulanya, perbincangan hanya berputar-putar soal Breedie, bagaimana wujudnya, atau apa visi misinya di era revolusi industri 4.0. Misalnya, apakah kami pernah berpikir untuk mengakusisi semua medol (media online) arus utama yang di Aceh suatu hari nanti?

Pertanyaan-pertanyaan ini lebih banyak datang dari Fathur; pendatang baru di Breedie. Wajarlah, walaupun sudah menyumbang beberapa tulisan, Koh Fathur (dia pengen dipanggil begitu karena matanya sipit) belum terlalu familiar dengan konsep Breedie.

Seperti saat dia bertanya, Breedie ini mazhabnya apa. Pertanyaan ini tentu saja tak kami jawab supaya Fathur tetap penasaran.

Nah, setelah obrolan kian berputar-putar tak jelas, Fathur nyeletuk tentang Podcast. Dia rupanya sudah membuat podcast bernama Teman Nongkrong.

Dia telah merekam beberapa episode yang isinya bicara tentang musik. Terakhir, dia mengejek seorang Youtuber ibu kota yang terkenal dengan celetukan ‘ashiap’.

Ketika Fathur bercerita tentang podcastnya, Fuadi mesem-mesem saja di seberang meja. Ternyata, Fuadi pernah melakukan hal yang sama.

Namun, dia hanya merekam hasil cover beberapa lagu dari band kesayangannya lalu diunggah dalam bentuk audio di aplikasi soundcloud.

Fuadi tidak sempat merealisasikan niatnya menjadi podcaster. Mungkin, dia saat itu sibuk menyelamatkan kuliah dan sudah berpikir untuk menikah. Podcast? Nanti dululah.

Jadi Breeders sekalian, sebagai anak muda jamanaw tentulah kalian sudah paham apa itu podcast. Jika lupa, kami ingatkan lagi. Podcast adalah serangkaian berkas audio maupun video yang diterbitkan sewaktu-waktu dan dapat dunduh melalui platform tertentu.

Umumnya, memang audio walaupun ada juga ada yang mengombinasikannya dengan video. Misal, seorang podcaster juga memajang video saat perekaman audio tersebut di YouTube.

Istilah “podcasting” pertama kali muncul dalam sebuah karangan artikel oleh Ben Hammersley di surat kabar The Guardian pada Februari 2004. “Podcast” merupakan lakuran atau penggabungan dari kata “pod” (playable on demand) dan “broadcasting” (penyiaran). Pod kelak digunakan Apple untuk merek portable media player-nya, iPod.

https://www.instagram.com/p/BwLxHu-HaKo/

Wikipedia, entah karena sensi dengan Apple, menuliskan bahwa nama podcast bisa menyesatkan umat internet. Alasan mereka, podcast dapat digunakan tanpa iPod.

Untuk menghindari keterkaitannya dengan “iPod”, beberapa orang memakai istilah “netcast” sebagai pengganti “podcast”, seperti yang dilakukan podcaster TWiT.tv, Leo Laporte.

Jika Breeders tak mau menyebut podcast, boleh pakai “siniar”. Padanan kata ini diusulkan oleh sang polisi bahasa Ivan Lanin.

Breedie masih pikir-pikir dulu karena sepintas agak lucu. Kenapa Ivan Lanin tak memakai “siwati”?

Secara tren, podcast mungkin terlihat jadul. Orang-orang sepintas akan mengiranya sebuah program radio karena memang mirip. Namun, berkas audio podcast dapat diputar sesuai keinginan pendengar, kapan saja dan di mana saja.

Selain jadul, teknologi audio seperti itu mungkin “kalah” jika dibandingkan dengan video. Era ketika orang bisa menonton bola lewat smartphone, mendengar audio berisi “petuah” nggak jelas bakal dicap sebuah bentuk kemunduran.

Namun, apa ya demikian? Jangan-jangan, teknologi seperti podcast ini malah sedang berjinjit menuju masa baru dan nantinya akan menjadi tren sendiri. Entahlah.

Kami tak sempat memikirkan kemungkinan itu ketika di tengah perbincangan muncul usul supaya Breedie membuat podcast. Semua orang yang ada di meja tersebut (cuma tiga orang sih, hehehe) menyambutnya dengan senang hati.

Tanpa perlu gebrak meja, Fuadi tak menolak ketika diminta menjadi penanggung jawab rubrik. Begitu juga Fathur yang bersedia menjadi host atau co-host sesekali waktu jika diperlukan.

Selanjutnya yang harus didiskusikan adalah konsep podcastnya sendiri. Apa topik yang diangkat, bagaimana cara penyajiannya dan gaya bahasa seperti apa yang dipakai.

Kami pun mengulik beberapa podcast ternama di Indonesia seperti Box2BoxID yang terkenal kepiawaiannya bicara tentang bola.

Tak lupa juga menengok beberapa website yang sudah lama memproduksi podcast, seperti magdalene.co yang berkutat pada isu-isu perempuan.

Di Indonesia, para selebritas internet juga ikut memproduksi podcast macam Posdcast Raditya Dika (PORD), Retropus, Curhat Babu, Baper (Bacotan Pria), dan Awal Minggu.

Yang disebut terakhir digawangi standup comedian Adriano Qolby, yang ditabalkan sebagai “bapak podcast Indonesia”. Adriano memulai podcast sejak November 2015.

Khusus untuk Radit, dia baru memulainya pada 3 April 2019. Menariknya anak ini, dia mengombinasikan podcastnya dengan video di YouTube.

Baca Juga: Beragam Protes Para Netizen untuk Thanos Ketika YouTube Tumbang

Tentu, kita tak perlu risau bagaimana cara seleb yang satu ini mencari isi dompet. Dia selalu punya cara dan modalnya besar, idolakanlah dia. Entah bagaimana nanti dia mencari uang lewat podcast, hanya beliau yang tahu.

Singkat kata, Breedie bersepakat podcast yang dihasilkan walaupun nggak bermutu-mutu amat tetap mengandung nilai edukasi. Bisa membahas isi tulisan di Breedie atau berbicara dengan narasumber tertentu tentang topik tertentu.

Segera setelah konsep jadi setengah matang, Graphic Designer Breedie Bung Altaf Giebran diminta kesediaannya merancang bentuk logo podcast dan ilustrasi episode perdana. Hasilnya bisa dilihat di halaman depan website, juga ada di spotify dan soundcloud.

Terimalah persembahan kami ini, podcast perdana yang tayang seiring para ilmuwan berhasil menemukan lubang hitam a.k.a blackhole. Silakan Breeders menilai. Ditunggu masukan dan sarannya jika tak merepotkan.

Selamat menikmati, semoga bermanfaat untuk mengusir kesepian.

Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *