~ Sebuah tips yang mungkin mengada-ngada tapi bermaksud mulia
Di luar sana ada begitu banyak bertebaran tips-tips fotografi landscape/lanskap. Sebagian mungkin sudah Breeders baca. Namun, izinkan saya, fotografer “setelunjuk” ini untuk membahas tata cara memburu foto-foto landscape atau dengan kata lain adalah foto pemandangan di Aceh. Siapa tahu, tips ini belum pernah kamu baca sebelumnya.
Namun, sebelum kita bersiap-siap engkol kereta mencari lokasi atau spot memotret lanskap, ada baiknya kamu tahu tipikal geografi Aceh, supaya tidak kecewa ujung-ujungnya. Secara umum saya bagi ke dalam tiga jalur besar: Timur (Pidie, Pasee, Tamiang-Piasan); Barat (Barat, Selatan-Barsela); dan Tengah (Gayo, Alas-Galas).
Jika ke Timur, tak ada spot fotografi yang luar biasa di sepanjang garis pantai, mulai dari Kutaraja hingga Kuala Simpang. Maaf untuk orang-orang Piasan. Sepanjang jalur pemandangan cuma itu-itu saja. Kalau bukan deretan pohon kelapa kurang gizi, ya tambak kering atau lembu-lembu yang nongkrong di (baca: menjaga) jalan. Mau potret apa? On u berdebu atau kurungkong mati?
Sementara kalau ke Barat dan berharap pada pemandangan syahdu laut di kaki Geurute, belum tentu langitnya biru. Atau, ingin merekam pasir putih di garis pantai melengkung Lampuuk sama saja kalau langitnya juga seputih salju. Fotonya bisa over exposure.
Salah satu objek paling jamak diburu para fotografer lanskap adalah matahari tenggelam atawa sunset. Namun, di Aceh, memotret matahari tenggelam tak semudah yang Breeders bayangkan. Di Banda Aceh misalnya, salah satu posisi terbaik membidik sunset adalah dengan berdiri di besi jembatan Ulee Lheue. Tapi posisi jembatan tidak sampai belasan hasta dari Masjid Jamik. Seperti yang kita tahu bersama, sunset mulai menampakkan diri pada menit-menit mendekati Magrib. Emang Breeders mau tembak sunset saat azan berkumandang? Kayaknya agak risih tapi up-to-you-lah.
Paling nyaman shoot sunset ya di Pantai Putih Krueng Raya. Suara azan yang sayup-sayup dan jauh dari keramaian membuat fotografer jadi lebih nyaman. Sayangnya, jarak dari Kota Banda Aceh ke Krueng Raya bukan sedekat ke Alue Naga. Syukur kalau sunset-nya merah merona bagaikan syaitan dalam neraka. Pas lagi nggak merah, ya rugi dong. Jauh-jauh ke Krueng Raya cuma untuk tengok awan mendung. Apalagi, tekstur yang dihasilkan dari sunset untuk langit dan daratan itu cuma berlaku beberapa saat. Harus serba sigap menangkap momen bahkan mengatur komposisi.
Sementara bila bicara spot fotografi landscape di laut Kota Sigli atau Jangka ya sama saja. Tidak ada sunset yang terbentang ke Selat Malaka. Yang ada hanya langit berawan bagaikan kapas gula-gula. Di Aceh Utara mood para fotografer bisa sedikit terobati dengan refleksi kubah Islamic Center di permukaan comberan Krueng Cunda.
Nah, bagaimana dengan lokasi wisata alam pegunungan di Gayo? Alamnya luar biasa. Ada perbukitan, view Puncak Pantan Terong, panorama alam perkebunan kopi, refleksi Danau Laut Tawar, bahkan ada karpet terbang. Tapi ya itu tadi, semua panorama itu nggak akan memuaskan kalau komposisi foto bersanding dengan langit yang bermuram durja alias mendung.
Di pinggir laut nggak bagus, di daratan petak nggak bagus, di gunung juga sama. Kalau begitu Bang, di mana juga spot fotografi landscape yang baik di Aceh?
Sebenarnya persoalan utama bukan pada masalah tempat, hanya cuaca yang selalu bentrok untuk kategori fotografi landscape. Kalau Anda bisa memadukan dengan komposisi angle yang seperti Pak Jokowi jelaskan soal sinematografi film Dilan, kan hasilnya luar biasa.
Itu buat fotografer profesional. Kalau saya fotografer “setelunjuk” ya nggak bisa. Hasilnya selalu kurang bagus. Sudah saya coba berkali-kali memotret objek kombinasi langit cerah berawan. Mending langit mendung, ada warna gray dikit, jadi terkesan dramatis.
Waktu yang tepat untuk memotret landscape di wilayah tropis memang ada waktu-waktu tertentu. Tunggu saja langit biru. Gampangnya begitu menurut saya. Oke, tapi kapan langit biru menampakkan diri?
Biasanya langit biru sempurna tanpa diganggu awan sedikit pun muncul setelah peralihan musim hujan ke musim panas. Hasil pengamatan yang saya lakukan beberapa tahun terakhir, langit biru penuh ada di antara Februari dan Maret. Fase datang langit biru ini bak wanita datang bulan, bisa maju tujuh hari atau mundur tiga pekan, tergantung start awal musim hujan.
Di sinilah saat yang tepat untuk fotografi landscape Aceh. Apakah kubah klasik Masjid Beurayeng atau tambak kering yang baru panen udang vanname? Semua itu akan cantik bila dipadu dengan langit biru. Foto tambak kering saja bagus, apalagi pemandangan laut dengan garis pemisah langit biru plus framing cewek selfie, akan menghasilkan foto paling sempurna.
Setelah membaca tips ini, Anda boleh bilang saya terlalu mengada-ngada soal cuaca di Aceh yang tidak bagus untuk hunting landscape. Buktinya, banyak foto landscape Aceh yang sudah di-kodak lebih banyak foto dengan latar langit putih, mendung dan berawan. Bahkan video klip lagu-lagu Aceh yang shooting outdoor kebanyakan langit putih bersih sebersih bayi yang baru dilahirkan dan tidak ada spot “dosa” sedikit pun.
Berikut foto-foto penampakan langit biru yang sengaja saya potret sejak tahun 2012. Ide hunting foto langit biru ini akibat kekecewaan saya saat bekerja sebagai anak perwajahan koran Harian Aceh. Kebanyakan foto kiriman wartawan kurang bagus. Potret liputan lapangan selalu putih bersih. Hasil akhir desain koran setelah dicetak malah jadi panuan—ada blok putih kosong melompong yang tidak ada artinya.
Kesimpulannya, langit biru dan bersih di wilayah tropis hadir mulai Februari, Maret hingga April. Pastinya, setelah musim hujan menuju musim kemarau. Siapkan kameramu, Breeders!
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
Foto dibuang sayang
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )