~ Nyaman iya, tapi ada hantunya
Pada suatu ketika di hari enak bulan baik, saya memutuskan menghapus aplikasi WhatsApp atau WA dan pindah ke Telegram; bersetia dengannya hingga waktu memisahkan kami. Ternyata, hidup ini lebih aman, nyaman, dan tenteram. Pokoknya kamtibmas terjaminlah.
Serta tidak gabuk harus mikirin status WA, apakah sudah ada yang lihat apa belum. Lalu, kalau ada yang lihat, siapa aja sih orangnya? Kok Si P nggak pernah liat status, malah Si D yang kayak nggak ada kerjaan, tiap ada status dia yang pertama mem-view.
Hal lain yang tidak enak pakek WA, ada semacam rasa tidak enakan kalau tidak melihat status WA Si Doi. Tentu ini sangat tidak nyaman dengan perasaan tersebut, apalagi status WA macam benang jahit update foto jualan paket MLM.
Haduh… pusing.
Dan ternyata, dunia Telegram menyuguhkan beberapa hal yang berbeda dengan WA. Yang paling jomplang adalah tidak ada fitur status. Paling hanya foto profil yang kalau diganti-ganti bakal juga menjadi seperti slide status WA, tapi sifatnya permanen.
Namun, Telegram bukan aplikasi favorit di Aceh, setidaknya di lingkaran pertemanan. Setelah sekian lama bersama Telegram, circle yang sering chit-chat menjadi lebih sedikit.
Di WA, dari 69 pertemanan yang sering bolak-balik lihat status, 10 persennya berlanjut balas chat dan begitu seterusnya.
Kalau di Telegram, dari 69 kontak, tinggal satu 1, 2 teman saja yang fokus ngechat via Telegram. Itupun chat yang penting-penting saja.
Di sinilah kenyamanan yang saya dapat dari Telegram. Hidup tidak terlalu disibukkan oleh media sosial.
Tapi, senyaman-nyamannya menggunakan Telegram, ternyata ada satu hal yang awalnya bikin pening. Akun Telegram berisiko menjadi sarang masuk invite grup Telegram entah berantah.
Tiba-tiba ada saja undangan masuk ke dalam grup Telegram entah berantah tanpa persetujuan lebih dulu. Biasanya embel-embel grup Telegram itu katanya membahas seputar trading, investasi, bitcoin.
Pokoknya grup random soal ngepet uang lam abeuk forex.
Awal-awal, saya di-add oleh salah seorang kawan yang mabuk investasi mata uang kripto alias cryptocurrency. Karena tidak sesuai minat, besoknya saya leave group.
Ternyata makin ke sini, setiap buka Telegram tiba-tiba sudah masuk dalam sebuah grup tampa persetujuan. Besok-besoknya hal itu makin menggila ketika dalam satu hari bisa terinvite dua grup Telegram seputar trading. Gaya grupnya sok-sokan bahasa trading sih, tapi saya yakin itu scam alias penipuan.
Tidak menunggu lama-lama, langsung tendang grup tersebut dengan cara leave grup dan report spam. Eh, besoknya dimasukan lagi ke dalam grup Telegram yang lain. Kurang ajar! Terpaksa saya leave-report spam group-repeat. Terus menerus hingga berbulan-bulan itu saja kerjaan saat buka Telegram.
Baca Juga: Bree, Ini 12 Fitur Tersembunyi WhatsApp yang Jarang Diketahui Pengguna
Tapi ternyata setelah saya telusuri, ada cara membatasi invitation group atau undangan gurp Telegram tampa persetujuan pengguna.
Caranya mudah sekali. Buka menu Setting yang berikon gear sepeda di aplikasi Telegram. Lalu tap menu Privacy and Security yang berikon gembok. Di dalam menu tersebut pilih Groups.
Di dalam layar menu Groups, akan terlihat tulisan ‘Who can add me to group chats?’. Pilih My Contacts saja. Dengan memilih hanya Kontak Saya yang dapat menambahkan ke grup, akan aman dari invitation grup liar. Berbeda dengan Everybody. Jika memilih ini, siapa saja bahkan bot sekalipun bisa menambahkan akun Telegram kita ke dalam grup hantu.
Walhasil, setelah mengatur ke My Contact saja, undangan grup liar tidak lagi masuk ke akun. Memakai Telegram pun makin aman dan nyaman.
Tapi Bree, kalau mau lebih “kejam” lagi, setelah memilih My Contacts, kamu juga bisa menentukan siapa saja teman di daftar kontakmu yang boleh dan tidak boleh menambahkanmu ke grup tertentu.
Gulir agak ke bawah, ada submenu Add Exceptions. Tersedia dua pilihan, Always Allow dan Never Allow. Jadi, silakan pilih siapa saja teman yang kamu izinkan/tidak untuk menambahkan akunmu ke grup. Klik Add Users di setiap pilihan itu lalu silakan mencoblos memilih kontak sesuai selera.
Tapi, apakah kau akan sekejam itu, Bree?
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )