~ Kenangan buruk di rumah mantan
Saat membawa anak asuhnya melawat ke Stamford Bridge di London pada Sabtu lalu, Jose Mourinho seperti pulang ke rumah mantan dengan kenangan terindah.
Bersama Chelsea, Jose pernah meraih tiga gelar Liga Inggris. Dia pergi dari klub milik taipan Rusia, Roman Abramovich, itu pada Desember 2015.
Sehari sebelum ke London, Mourinho mengatakan kepada media ia tak akan merayakan selebrasi berlebihan seperti anak kecil jika Manchester United menang di sana.
Ini ciri khas Mourinho yang selalu disukai para fansnya: perang urat saraf.
“For me it’s another game. Would I celebrate like crazy my team’s goal at Stamford Bridge or my team’s victory? I don’t think so,” celetuknya.
Sebenarnya, itu untuk kesekian kalinya Jose bertandang ke rumah mantan, dengan status sebagai pengampu Setan Merah.
Oktober 2016, pertama kali ia membawa anak asuhnya berlaga di Stamford Bridge. Skuad Setan Merah keok dibabat bekas anak-anak asuh Mourinho: 4-0.
Di akhir musim, United kembali dikalahkan Chelsea 0-1 pada Piala FA.
Yang menarik, ucapan Mourinho soal tak mau berselebrasi berlebihan itu juga pernah diucapkan sehari sebelum United dikoyak Chelsea pada 2016.
Ternyata, dia tak pernah menyesal akan ucapan yang sama. Hal ini membuktikan Jose Mourinho sudah “kebal” akan kekalahan.
Sebenarnya, kalimat itu sepertinya untuk menutupi beban berat Mou. Bertandang ke markas The Blues, United punya catatan kelam mengerikan.
Sejak dikalahkan Chelsea 3-2 pada Oktober 2012, United tak pernah menang sekali pun di sana.
Lihat catatan pertandingan di bawah ini untuk memastikannya:
Chelsea 5-4 Man United (League Cup) – 31 Oktober 2012
Chelsea 1-0 Man United (FA Cup) – 1 April 2013
Chelsea 3-1 Man United (Premier League) – 19 Januari 2014
Chelsea 1-0 Man United (Premier League) – 18 April 2015
Chelsea 1-1 Man United (Premier League) – 7 February 2016
Chelsea 4-0 Man United (Premier League) – 23 Oktober 2016
Chelsea 1-0 Man United (FA Cup) – 13 Maret 2017
Chelsea 1-0 Man United (Premier League) – 5 November 2017
“Saya pikir saya akan selalu berusaha mengendalikan diri dan menghormati stadion dan para pendukung yang menjadi pendukung saya selama bertahun-tahun. Ini adalah pertandingan yang saya ingin lakukan dengan baik untuk para pemain saya, untuk tim saya, untuk para pendukung saya. Saya 100 persen Manchester United besok. Tidak ada ruang untuk apa pun selain rasa hormat.” See, betapa bijak Mourinho mengemas semua kata-katanya.
Namun, perang urat saraf tak selalu menentukan hasil sepak bola. Seperti yang kita tahu, United lagi-lagi tak bisa menang di kandang Chelsea.
Padahal, United sudah berjuang super keras setelah tertinggal oleh gol Antonio Ruediger pada menit ke-21. United mampu membalikkan keadaan lewat gol Anthony Martial pada menit 55 dan 73.
Pada akhirnya, kemenangan pasukan Mourinho buyar setelah Ross Barkley menyamakan kedudukan pada menit 90+6. Setelah gol ini, Mourinho langsung lesu di bench.
Detik-detik itu pula sebuah provokasi dilancarkan staf pelatih Chelsea, Marco Ianni. Asisten Maurizio Sarri itu melakukan selebrasi ke arah Mourinho.
Ianni dengan sengaja berlari di depan bench United. Di depan Mourinho yang sedang terkulai, Ianni berteriak dan mengepalkan tinjunya.
Baca Juga: Sebelum Manchester United Kalah, Suporter PSG Kepung Old Trafford
Diperlakukan seperti itu, Mourinho marah. Ia bangkit dari kursinya lalu berlari mengejar Ianni. Untungnya, Mourinho ditahan oleh ofisial pertandingan. Kalau tidak, entah apa yang terjadi.
Mourinho mungkin tak menyangka ada provokasi sekotor itu di bekas rumahnya dulu. Walaupun meradang, ia tak mau ambil pusing soal itu.
Seusai pertandingan, Mourinho berkata Ianni datang kepadanya untuk meminta maaf.
“Asistennya mendatangi saya di kantor Sarri dan meminta maaf kepada saya. Saya bilang jika kamu [Ianni] benar-benar minta maaf, saya terima menerima permintaan maafmu dan melupakannya. Saya tidak akan membunuhmu hanya untuk satu kesalahan,” tegas Mourinho.
Sementara Ianni kemungkinan akan mendapat sanksi. Ada aturan FA yang menyebutkan staf dilarang meninggalkan area teknis kecuali dalam keadaan khusus. Misalnya, seorang fisioterapis atau dokter memasuki lapangan dengan izin wasit, untuk mengecek pemain yang cedera.
Begitu pun, aturan ini juga bisa dikenakan pada Mourinho. Hanya saja, akan ada pertimbangan FA bahwa Mourinho melakukan itu gara-gara provokasi Ianni.
Akhir pekan yang sedih untuk Mourinho dan warga United tentu saja. Terkhusus Mourinho. Walaupun kenangan dengan mantan begitu indah, ia harus sadar, rumah yang ditempatinya kini berbeda.
Seakan ingin mengingatkan seisi Stamford Bridge, di akhir laga, pria Portugal itu mengacungkan tiga jari ke salah satu sudut tribun. Itu maksudnya, jumlah gelar juara Liga Inggris yang beliau raih bersama Chelsea.
But Jose, “You’re not special anymore!”
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )