Setahun Breedie, Sebuah Alasan Kenapa Kami Ada

Lewat WhatsApp, Breedie menemukan dirinya dari sebentuk orok menjadi makhluk seperti sekarang ini. Melalui percakapan aplikasi inilah, nama Breedie lahir. Nama yang alien; aneh, asing, bahkan jauh dari telinga orang Aceh bahkan Indonesia.

Selamat Ulang Tahun Breedie yang ke-1

~ Usia kami kini ganjil setahun. Usia yang masih begitu bayi, masih pakai popok, gigi belum tumbuh semua, kaki juga belum bisa dipakai berlari-lari keliling kota. Doakan kami supaya situs ini terus berada di jalan yang benar. Terima kasih kepada para penulis yang telah menyumbangkan tulisannya kepada kami. Tanpa kalian, kami cuma tumpukan debu rokok dalam asbak.

Kami sebenarnya ingin mengawali tulisan ini dengan menukil pepatah dari seorang tokoh. Namun, pepatah yang cocok tak jua didapatkan. Maafkan kami karena ingin berusaha tampil bijak. Mungkin karena ini tulisan yang harus serius sebab ditayangkan pada momen serius. Sebisa mungkin kami harus “khusyuk”, dilarang bercanda konon lagi nyinyir.

Jika Anda belum tahu, hari ini, tanggal ini, 14 November setahun yang lalu, Breedie.com (boleh dibaca: bridi) didirikan. Jika Anda belum tahu apa itu Breedie, teruslah membaca semua tulisan yang telah hadir di situs ini. Total, ada 82 tulisan termasuk ini. Nah, kalau Anda tetap tidak tahu makhluk apa Breedie ini, kita kopi darat, nanti kami jelaskan.

Ada teman kami mulanya mengira ini situs berita. Ketika kami menjelaskan lebih lanjut beliau juga tidak paham dan enggan mendengarnya lagi. Jadilah kami seperti tukang bakso yang baru buka lapak. Orang mengerti yang dijual di situ bakso tapi belum tentu mereka singgah membeli. Hal-hal seperti itu kami anggap cobaan. Syukur-syukur ada yang bilang Breedie itu aneh, kami senang sekali.

Mengaca dari kuantitas tulisan, Breedie jelas jauh dari kata produktif. Kami tidak punya energi berlimpah nan meletup-letup untuk menghasilkan konten saban hari. Penulis di Breedie memiliki kesibukan lain yang lebih utama. Breedie menjadi anak nomor dua merangkap anak tiri. Ada kegiatan yang lebih penting ketimbang mengerjakan Breedie.

Lalu, apakah dengan begitu kami tak serius? Oh, tentu tidak kawan. Justru karena ia anak tiri, kami selalu mengelus-elusnya supaya cepat dewasa.

Sejak awal, Breedie juga menjadi “penadah” tulisan dari beberapa penulis atau blogger. Adakalanya tulisan tersebut sudah tayang di website lain. Namun, dengan senang hati kami memungutnya lagi. Kadang mengubahnya sedikit dengan gaya kami yang apa adanya, sok nyeleneh, dan ujung-ujungnya garing.

Sebagai “penadah” yang baik, tulisan-tulisan tersebut tentu tidak dibayar. Breedie tidak punya donatur. Maka, tidak ada pencerita di Breedie yang dibayar hingga hari ini kecuali ditraktir dengan segelas kopi. Itu pun kadang-kadang. Kami tidak bangga dengan itu, tentu saja, cuma sebagai bentuk lain dari ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka. Adanya mereka, Breedie bisa gentayangan hingga sekarang. Peluk cium untuk kalian semua.

Breedie tidak termasuk susah didirikan. Modalnya cuma data internet yang cukup, selain domain dan hosting. Yang paling berjasa melahirkan Breedie adalah WhatsApp. Lewat aplikasi inilah, Breedie menemukan dirinya dari sebentuk orok menjadi makhluk seperti sekarang ini. Melalui percakapan aplikasi itulah, nama Breedie lahir. Nama yang alien; aneh, asing, bahkan jauh dari telinga orang Aceh bahkan Indonesia.

Nama ini kami copot dari Afrika. Breedie nama sebuah masakan di Zimbabwe. Harusnya, Breedie menjadi tempat berbagi resep masakan. Namun, entah kenapa kami menjadikannya merek sebuah website berbagi cerita. Ya, cerita bukan berita. Entah jika nanti takdir menitahkan lain, mungkin Breedie bisa saja berubah menjadi toko online.

Breedie menyediakan tempat bagi orang-orang muda untuk bercerita banyak hal tentang kehidupan tanpa sekali pun menampik peran orang-orang tua. Apa saja hal-hal itu? Tentang asmara, hobi, gawai, kuliner, olahraga, dan apa saja yang digandrungi anak muda. Yang kami maksud anak muda tak melulu takarannya usia. Usia Anda 70 tahun tapi merasa memiliki jiwa muda, dan ehm, mau membaca Breedie, Anda masuk di kategori muda.

Namun, hal-hal itu belum semua tersampaikan dalam setahun ini. Masih banyak uneg-uneg belum terakomodasi. Banyak cerita yang sudah disiapkan berapi-api, menumpuk dalam draf hingga sekarang. Sebenarnya kami malu mengutarakannya, tapi biarlah ini menjadi bagian dari sebuah transparansi.

Tulisan di Breedie disyaratkan santai. Kami berupaya menghindar dari sifat menggurui. Acapkali, kami menertawakan diri sendiri lebih dulu sebelum menertawakan orang lain. Kami menulis tentang hal-hal umum yang sudah Anda ketahui. Prinsip kami, bercandalah sebisa mungkin karena pada segala sesuatu yang serius selalu melekat hal yang tidak serius.

Tulisan-tulisan di Breedie mirip filosofi masakan. Kadang ia hambar, kadang terlalu asin. Kemarin bentuknya direbus, hari ini modelnya digoreng. Kalau sudah dihidangkan, enak tidaknya tulisan tergantung lidah yang baca. Jika Anda ingin tulisan yang pedas, boleh request dan bawakan kami cabe tambahan. Supaya, suasana dapur redaksi sesekali tak jauh beda dengan dapur pada umumnya: panas. Karena itu, kami sepakat, Breedie harus easy but spicy. Renyah tapi pedas bahkan renyah tapi sesekali menjengkelkan.

Syarat lain masih banyak tapi bukan untuk dimaknai dengan kening berkerut. Sebab, kami ingin ketika orang membaca Breedie, mata tidak lelah, pikiran juga tidak semaput. Topik yang dipungut pun kebanyakan remeh-temeh. Kenapa demikian? Karena cuma itu yang kami mampu.

Breedie ingin mengajak pembaca berleha-leha. Walaupun sekali waktu dengan kesadaran penuh kami juga mengkritik orang lain, baik itu kawan sendiri maupun orang tak dikenal. Ada fenomena-fenomena sosial di sekitar kita yang kadang menjadi bahan gerutu sebagian orang. Ketika mengalaminya sendiri, hal tersebut kami tuliskan. Jika di dalamnya kami sisipkan ejekan itu cuma keceplosan semata.

Karena itu, di usia yang setahun ini, kami meminta maaf kepada pihak-pihak yang pernah kami candai. Kami mohon supaya Anda berbesar hati. Percayalah, candaan terhadap Anda itu menjadi inspirasi bagi orang lain. Ini juga yang menjadi alasan kenapa Breedie harus ada; mencandai dunia supaya hidup tak melulu serius. Dan, terima kasih telah membaca Breedie.


Selamat Ulang Tahun Breedie yang ke-1
Selamat Ulang Tahun Breedie yang ke-1. (Ilustrasi: Breedie + Freepik)

# Testimoni dari Pembaca dan Handai Tolan

“Membaca situs Breedie mengingatkan saya pada Hipwae dan Vice. Saya pikir Breedie akan menjadi bacaan alternatif bagi kaum milenial. Tulisan lifestyle dengan perspektif yang berbeda perlu diperbanyak lagi. Selamat ulang tahun untuk Breedie, semoga menjadi situs alternatif di Aceh dan Indonesia.”

Taufik Al Mubarak
Founder Acehpungo.com

“Ringan, renyah, dan inspiratif”

Popon El Azwani
Direktur DELTA intermedia
Event Organizer

“Breedie bisa menjadi pembeda bagi kaum muda dalam berekspresi. Manusia Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi ruang semacam ini untuk menyalurkan potensi diri mereka yang sering keluar jalur.”

Junaidi Mulieng
Pendiri Basajan.net dan Sekolah Literasi Media Kreatif Basajan Creative School (BCS) Meulaboh, Aceh Barat

“Tulisan masih diwarnai aksen lokal namun mudah dicerna, informatif dan faktual.”

Wanti P. Diani
Human Resources

“Seperti segelas milkshake, campuran yang “berlemak” dan yang “segar” dalam takaran tepat. Breedie, cara asyik menikmati cerita.”

Nashrun M
Penikmat Breedie, pernah mengelola newsroom

“Breedie mencoba menyuguhkan sesuatu yang lain, warna yang berbeda dengan menyasar pembaca dari kalangan muda. Jika orang “lelah” dengan informasi umum sehari-hari, mungkin Breedie bisa menjadi tempat istirahat untuk melihat segala sesuatu dengan santai dan kadang-kadang jenaka.”

Mohsa El Ramadan
CEO Kantor Berita Aceh (KBA.ONE)

“Membaca Breedie ibarat mendengar rock lalu menyudahinya dengan jazz. Ada keseimbangan di situ. Breedie membuat sesuatu menjadi lebih seimbang. Breedie juga klasik, tulisannya tidak modern-modern amat. Kalau mau flashback ke masa lalu, bacalah Breedie. Membaca Breedie bikin kita nggak pernah serius. Menyindir orang yang sedang latah teknologi, misalnya, walaupun sindiran itu bikin terenyuh.

Mohd Jully Fuady
Lawyer

“Yang namanya lahir pasti ada tanggalnya Breeders, kali ini giliran Breedie.com memantapkan usia seumur jagung, yup baru satu tahun. Selamat mewarnai keseharian anak muda di nusantara, tulis apa adanya, biar kelak nanti ada apanya. Met milad”

Aulia Fitri
Aceh Blogger Community

“Kesan bersama breedie awal-awalnya cuek-cuek saja. Cuma setelah beberapa artikel yang saya baca, akhirnya bisa tertarik membaca artikel yang ada di Breedie. Pertama tulisan-tulisannya mudah dan ringan nggak berat kalau dijinjing untuk dibawa jalan-jalan, kalau paket data dan jaringannya ada. Saya baca Breedie suka dengan yang tulisannya yang sering ada lucu-lucunya, cuma suka juga yang serius #yangpentinglucu. Teruslah memberikan informasi yang menarik, lucu dan khususnya berwawasan global.”

Lian
Pembaca setia Breedie

“Ceritapidie.com memgucapkan selamat kepada breedie.com yang telah berusia satu tahun. Semoga dapat menjadi media yang selalu kreatif, inovatif dan berkualitas dalam penyajian kepada publik. Penyajian yang diberikan setelah berumur satu tahun dapat di-update terus dalam media sosial, sehingga menyebar dan semakin banyak pembacanya, hehehe…Penyajian informasi travelling diperbanyak lagi ya, supaya wisata dan budaya Aceh khususnya dapat lebih maju dengan bantuan breedie. Selamat ulang tahun ya.”

Zian Mustaqin
Pendiri ceritapidie.com

“Saya pernah baca Breedie, secara konsep besar belum tahu apa yang mau ditawarkan. Konsepsi dasar Breedie adalah tulisan lepas. Jika dilihat dari page About Us lebih vintage tapi grand design-nya harus punya konsep jelas. Breedie harus menciptakan ikonnya sendiri. Seperti Tirto yang terkenal dengan infografiknya. Mojok yang lebih ke satire. Breedie, misalnya, ada pantun atau puisi di akhir artikel. Ada wise word di setiap konten. Atau, saduran dari pendapat ahli. Itu yang harus ada di setiap tulisan Breedie.”

Maimun Doank
Pembaca

“Dilahirkan dari kolaborasi apik dua anak moeda jang ingin memberikan warna baroe media di Atjeh. Hadir dengan segmentasi milenial, Breedie menyoegoehkan tulisan ringan jang dikemas setjara satir, djenaka walau kadang poela nyeleneh. Sama seperti nyelenehnja pengenalan mereka jang ditulis dalam edjaan lama padahal menyeboet dirinja media kaoem moeda.

Namun itoelah Breedie jang membedakannja dengan jang lain. Breedie memang disadjikan dengan gaya berbeda dengan melewati batas sekat-sekat gaya penoelisan jang ada serta dengan perspektif di loear pemikiran orang pada oemumnya. Namoen jang pastinja Breedie enak dan wajib dibaca. Selamat ulang tahoen Breedie, semoga bisa teroes menginspirasi dan mengisi roeang keloecoean di negeri ini. Tabek.”

Arief Maulana
Pemimpin Redaksi Pikiran Merdeka

Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )

Facebook Komentar

One thought on “Setahun Breedie, Sebuah Alasan Kenapa Kami Ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *