Sahur Stories: Kue Lebaran

Dulu waktu saya masih kanak-kanak, resep kue hanya tersedia di buku-buku resep yang dijual di toko buku.

Breedie sahur stories kue lebaran

Hari Raya Idul Fitri tinggal hitungan hari. Biasanya lebaran dirayakan dengan bersilaturahmi, menjamu tamu, dan memakan makanan lezat sebagai bentuk kegembiraan di hari kemenangan.

Menyambut lebaran, masyarakat Indonesia mulai mempersiapkan segala keperluan di hari tersebut sebulan sebelumnya. Membeli baju baru atau minimal mempersiapkan pakaian terbaik untuk dikenakan di hari yang fitri.

Demi memuliakan tamu yang bakal berkunjung, makanan juga disiapkan. Tentunya selain menyuguhkan minuman, rasanya tidak afdal kalau tak ada kue-kue yang menemani bincang-bincang tetamu.

Sudah menjadi tradisi di setiap rumah menyiapkan aneka kue, baik kering, bolu, ataupun kue-kue tradisional.

Kue-kue ini dibuat oleh ibu-ibu di bulan puasa. Terutama kue kering karena bisa disimpan lama.

Selain menambah persediaan kue di rumah, ada juga yang memanfaatkan momen lebaran ini untuk menambah pendapatan keluarga dengan menerima pesanan kue kering.

Membuat kue kering tidak susah selama peralatan yang dibutuhkan ada. Misalnya, mixer untuk mengaduk adonan dan oven untuk memanggang kue.

Resepnya pun mudah didapatkan. Di era Youtube ini banyak sekali orang yang memposting video tutorial cara membuat kue. Tutorialnya mudah dipahami. Kalau kurang jelas tinggal pause dan rewind video.

Dulu waktu saya masih kanak-kanak, resep kue hanya tersedia di buku-buku resep yang dijual di toko buku.

Ibu saya termasuk orang yang gemar membuat kue berdasarkan resep-resep di buku. Beliau sengaja membeli berbagai buku resep untuk mempelajari berbagai cara membuat kue kering.

Saya suka menonton ibu mengaduk adonan untuk kue lebaran. Kelihatannya sangat menyenangkan. Setelah adonan diaduk lalu dibentuk terus dipanggang.

Sesekali, jiwa kreatif ibu muncul. Satu jenis kue dibikin dalam bentuk berbeda-beda agar banyak variasi. Ada yang bulat, bintang, dan hati, dengan toping berbeda-beda pula.

Ada juga varian kue yang hanya bisa satu bentuk karena adonannya tidak bisa dicetak tapi disendokin, atau cuma bisa dibulat-bulatkan.

Tidak selalu mulus memang. Kadang di tengah jalan ibu mengalami kendala saat mengikuti tutorial dari buku resep. Tapi beliau tak patah arang. Baginya, try and error sudah biasa.

Dulu seingat saya memang susah sekali menemukan kursus membuat kue. Paling setahun sekali kalau ada kegiatan PKK turun ke kampung-kampung, barulah ada mentor yang mengajarkannya. Tapi ini sangat jarang.

Jadinya, mak-mak di kampung dituntut lebih struggling kalau mau belajar buat kue, karena ilmunya sulit didapat. Namun, sekalinya berhasil membuat kue berdasarkan resep baru, puasnya subhanallah, seperti yang ibu saya rasakan.

Memang betul apa yang dikatakan pepatah tahun 1600-an: where there’s a will there’s a way. Di mana ada keinginan di situ ada jalan.

Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *