BNOW ~ Polisi Hong Kong menangkap tiga editor dan dua direktur eksekutif surat kabar Apple Daily (appledaily.com), dalam penggerebekan pada Kamis dinihari, 17 Juni 2021, yang melibatkan sekitar 500 petugas.
Polisi menuduh media prodemokrasi ini menerbitkan lebih dari 30 artikel yang berperan penting terkait “konspirasi asing” untuk menjatuhkan sanksi terhadap China dan Hong Kong. Tuduhan itu didasarkan pada pasal 29 undang-undang keamanan nasional.
Dilansir The Guardian, Mereka yang ditangkap terdiri dari Pemimpin Redaksi Apple Daily Ryan Law; kepala eksekutif Cheung Kim-hung; chief operating officer Chow Tat-kuen; wakil pemimpin redaksi Chan Puiman; dan kepala editor eksekutif Cheung Chi-wai. Mereka ditangkap di rumah masing-masing sekitar pukul tujuh pagi, setelah polisi menggeledah ruang berita Apple Daily dan kantor-kantor lain yang terkait media tersebut.
Kepala keamanan Hong Kong John Lee menuduh mereka menggunakan “pekerjaan jurnalistik sebagai alat untuk membahayakan keamanan nasional”. Tak hanya itu, Lee juga mengeluarkan peringatan mengerikan kepada penduduk dan media lainnya.
“Wartawan normal berbeda dari orang-orang ini. Tolong jaga jarak dari mereka. Jangan berkolusi dengan para pelaku ini. Jangan bermain-main dengan mereka, jika tidak, Anda akan membayar mahal. Jauhkan diri Anda dari mereka jika tidak, yang tersisa hanyalah penyesalan,”
Sementara Departemen Keamanan Nasional mengatakan kelima orang dicurigai berkolusi dengan asing atau dengan elemen eksternal untuk membahayakan keamanan nasional.
Selain menangkap dan menggeledah, polisi juga membekukan aset tiga perusahaan milik Next Digital, penerbit Apple Daily. Ketiga perusahaan itu Apple Daily Limited, Apple Daily Printing Limited, dan AD Internet Limited. Next Digital mengumumkan penangguhan perdagangan sahamnya sebelum pasar dibuka pada Kamis.
Operasi polisi merupakan eskalasi signifikan dalam langkah pemerintah melumpuhkan pers Hong Kong dengan target utama media-media prodemokrasi. Artikel-artikel yang diyakini polisi sebagai “bukti” diterbitkan Apple Daily pada 2019.
Baca Juga: Cinta yang Menerabas Batas dalam My Indian Boyfriend
Namun, Lee menolak mengatakan apa bentuk artikel yang menyinggung atau membahayakan keamanan nasional. “Lakukan pekerjaan jurnalistik Anda sebebas yang Anda suka sesuai dengan hukum, asalkan Anda tidak berkomplot atau memiliki niat melanggar hukum Hong Kong,” ujarnya.
Apple Daily menyiarkan langsung penggerebekan polisi di kantor mereka. Terlihat polisi membawa Law ke dalam gedung dengan tangan terikat di belakang punggung. Sebagian besar karyawan belum bekerja. Tetapi pegawai yang berada di ruang redaksi dipindahkan ke kantin. Surat kabar itu juga menerbitkan foto seorang polisi mencari sesuatu di komputer reporter.
Melalui suratnya kepada pembaca, Apple Daily menyebut insiden itu saat-saat terburuk di Hong Kong. “[Tanggal] 20 Juni menandai peringatan 26 tahun Apple Daily, tetapi surat kabar ini menghadapi tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh rezim, yang akan tercatat dalam sejarah.
Setelah lima jam penyelidikan, tulis Apple Daily, polisi menyita sejumlah besar barang, termasuk 38 komputer wartawan, yang berisi banyak materi jurnalistik. “Kebebasan pers Hong Kong sekarang tergantung pada seutas benang.”
Penegak hukum, tambah Apple Daily, telah melabelkan materi jurnalistik yang dikumpulkan secara terbuka sebagai barang bukti kejahatan. “Sementara rezim secara terbuka meminta wartawan menjaga jarak dari sesama pekerja media, yang hanya melakukan pekerjaan mereka. Hong Kong hari ini terasa asing dan membuat kita tidak bisa berkata-kata. Rasanya seolah-olah kita tidak berdaya untuk menghentikan rezim menjalankan kekuasaannya sesuka hati.”
Meski demikian, staf Apple Daily tetap teguh pendirian. “Sejarah akan menilai tuduhan hari ini terhadap Apple Daily. Di era di mana rezim dapat menarik garis merah sewenang-wenang, staf Apple Daily akan tetap pada posisinya dan melaporkan kebenaran kepada rakyat Hong Kong dengan cara yang sah, wajar, dan adil.”
Baca Juga: China Penjarakan Jurnalis Warga yang Meliput Corona di Wuhan
Apple Daily dikenal sebagai salah satu pembela demokrasi Hong Kong yang paling vokal. Selama beberapa tahun terakhir media itu sering mengkritik pemerintah China dan Hong Kong. Salah satunya terkait pelanggaran janji bahwa Hong Kong dapat mempertahankan demokrasi selama 50 tahun setelah bekas jajahan Inggris itu diserahkan ke China pada 1997.
Di sisi lain, hukum keamanan nasional yang diberlakukan Beijing dengan restu pemerintah Hong Kong sejak Juni tahun lalu telah menyebabkan penangkapan lebih dari 100 politisi dan aktivis.
Salah satunya Jimmy Lai, taipan pemilik Apple Daily yang juga juru kampanye prodemokrasi. Lai dipenjara sejak akhir tahun lalu. Dia dituduh terlibat unjuk rasa besar-besaran antipemerintah pada 2019 dan pelanggaran keamanan nasional.
Undang-undang keamanan nasional melarang pemisahan diri, subversi, terorisme, dan kolusi dengan asing. Ketua Asosiasi Jurnalis Hong Kong Chris Yeung memperingatkan bahwa undang-undang keamanan nasional digunakan sebagai “senjata untuk menuntut eksekutif media dan jurnalis karena menerbitkan laporan dan artikel yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan nasional.”
Yeung juga mengatakan surat perintah pengadilan yang mengizinkan polisi menggeledah kantor Apple Daily telah merusak kemampuan wartawan melindungi materi jurnalistik sebagai bagian penting penegakan kebebasan pers. “Sensor diri akan menjadi lebih buruk jika jurnalis tidak yakin apakah mereka mampu melindungi sumber informasi mereka,” kata Yeung seperti dikutip dari AP.
Steven Butler, koordinator program Asia dari Committee to Protect Journalists, mengatakan penangkapan itu menghancurkan “fiksi yang tersisa bahwa Hong Kong mendukung kebebasan pers”.[]
Diperbarui pada ( 13 Maret 2024 )