Kisah Udin dan Serigala Pemakan Bansos
Dia cuma kerikil sisa yang tak terpakai proyek rabat beton. Ditoleh orang pun tidak. Dipijak sudah pasti. Dicaci maki kalau bikin tersandung.
Dia cuma kerikil sisa yang tak terpakai proyek rabat beton. Ditoleh orang pun tidak. Dipijak sudah pasti. Dicaci maki kalau bikin tersandung.
Refleks, Nada langsung menekap mulutnya. Sepasang mata menyala mencorong dari kegelapan di sana.
"Raut muka" Rhythmbox nyaris datar. Sedatar tatapan mata ibu kos menjelang akhir bulan.
Padahal, di awal-awal kemunculan si Jenius, saya langsung klepek-klepek jatuh hati.
Setiap "pemberak" akan mendapatkan mata uang digital Ggool—artinya madu dalam bahasa Korea.
Ya, apalagi yang mau diwariskan setelah minyak dan gas habis? Dana Otsus? Mending cara membuang sampah sembarang, kan?
Rokok haram pemberian Nana dimasukkannya ke saku. Dalam kepalanya, ia berpikir-pikir, kepada siapa akan dijualnya barang itu.
Wajah Nana berubah kecut saat menempelkan telepon ke telinganya. Ia mendengarkan, bicara sebentar, mendengarkan lagi, lalu menutup telepon.
Dengan jengkel Dinda terpaksa mengakui, bibi si Serigala itu menarik. Dia jangkung, sepertinya di atas rata-rata perempuan Indonesia.
"Bunda emang sudah ga ada, Ayah. Tapi aku, anaknya, masih hidup. Dan aku nggak suka Ayah begitu sama cewek lain."
Dinda mengeluarkan 'o' panjang karena benar-benar mengerti sekarang, dari mana asalnya julukan 'serigala' itu.
Terkesan ribet untuk memilih MikroTik yang sesuai harapan. Belum lagi bila menyesuaikan dengan bujet yang pas-pasan.
Kenapa otoritas tidak memperbanyak barang agar semua rakyat, dari yang sultan sampai yang papa sanggup membeli daging meugang.