
Surat dari Aceh untuk 32 Saudaranya
Kalian sekarang terkejut dan takut ketika rakyat kalian dijemput “orang tak dikenal” dengan pakaian tertutup sampai wajah. Rakyatku sudah biasa.
Kalian sekarang terkejut dan takut ketika rakyat kalian dijemput “orang tak dikenal” dengan pakaian tertutup sampai wajah. Rakyatku sudah biasa.
Aku sengaja harus memuji smartphone Cina ini walaupun dia memang kalah kelas dibandingkan smartphone-smartphone warisan Bang Steve Jobs.
Demikianlah persekongkolan yang terjadi di loket. Sejauh yang saya duga, si calon penumpang agak enggan menuruti anjuran petugas loket.
Pulanglah agar kau mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah terjawab sebelumnya.
Saya juga membeli peralatan berkebun yang harganya cukup menguras isi dompet. Sebuah investasi awal yang seharusnya menjanjikan.
Untuk memastikan apakah betul semalam malam lailatul qadar, sehabis sahur pada hari puasa ganjil jangan langsung tidur.
Lebih dari itu, ia sebentuk kegembiraan bisa mengucapkan selamat hari raya kepada yang lain secara tidak langsung.
Mau balik, tanggung. Lagi pula, mungkin saja yang didengarkan mereka itu bunyi langkah-langkah orang yang berlari karena kebelet.
Ini mi rebus yang datang lewat mimpi kesekian untuk menghalau saya ke igauan berikutnya.
Selain oleh-oleh, orang-orang yang kembali itu membeli daging pada hari mameugang untuk dimakan bersama keluarganya.
Setelah semua kadra diangkat dari wajan, tanpa perlu melakukan kontemplasi mendalam, Wak Non pindah ke fase sambal lado.
Kalau akak-akak beli risol dengan isi satu warna saja bisa saya pastikan itu yang jual cuma mau untung saja. Hehe, saya becanda.
Di pesantren tidak boleh kalah cepat dalam urusan air. Telat sedikit bisa terancam tidak mandi seharian.