DARI sekian mantan, berapa yang kamu ingat? Dari sekian warung kopi, berapa banyak yang membuatmu singgah berulang-ulang, bahkan menumpang (berutang) di sana. Mantan, dari beberapa sisinya yang rumit hampir sama dengan warung kopi. Kebalikannya, tidak ada warung kopi seperti mantan.
Mantan, kata filsuf anonymous dari negeri atas angin yang hidup di abad ke-11, merupakan satu dari 11 benda penting lain dalam kehidupan manusia. Terserah kamu sudah beristri, punya anak delapan, atau pacar baru, mantan adalah benda penting yang melintasi hidupmu sesekali waktu. Ia memang bukan pomade yang tiap hari dibalurkan ke rambut tapi mantan sesekali hadir dalam genangan becek kehidupan, terutama di dunia maya.
Ngaku saja, berapa banyak di antara Breeders yang sesekali waktu membuka-buka Facebook, IG atau mengirim pesan jempol ke akun mantan. Terserah mantanmu itu lebih jelek dari pasanganmu sekarang tapi ia lebih senior dalam urusan cinta. Kecuali satu hal yang bakal membuatmu berpaling seutuhnya dari mantan: jika ia berganti kelamin. Ya, seperti lagunya Jamrud berjudul Reuni Mantan. Namun, tulisan ini tak terinspirasi dari lagu itu.
Jika suatu hari hatimu terkaing-kaing melihat foto mantan melintas di linimasa dengan wajah editan penuh kepalsuan, otak kananmu pasti bekerja. Ia akan mencoba mengais sisa-sisa kenanganmu dengannya di masa lalu. Selemah-lemah iman, kenangan yang muncul tentu tergantung kapasitas ingatan yang masih dikaruniakan Tuhan padamu. Jika sekarang umurmu 37 sedangkan kisahmu dengan mantan terjadi 20 tahun lalu, wajar tak semuanya mampu diingat. Tak perlu juga dipaksa untuk mengingat semuanya karena bisa bikin otak lumpuh.
Makhluk bertajuk mantan hanya patut dilihat sepintas lalu serupa komet Halley yang datang setiap 70 hingga 75 tahun sekali. Seperti tebu, habis manis mantan dibuang. Jika tak dipakai lagi, ia gampang ditinggalkan.
Namun, warung kopi tidaklah demikian. Jika suatu hari Breeders duduk di sebuah warung kopi yang kopinya enak, WiFi-nya kencang, suasananya bikin kerasan, harganya murah, dan bisa ngutang, besok tentu akan kembali lagi ke situ. Ketika ada teman menyodorkan warung kopi yang lain, kita tentu pikir-pikir dulu bahkan membanding-bandingkan. Apakah di sana pelayannya ramah-ramah? Apakah mereka tidak menyapu lantai saat pelanggan sedang menyesap kopi? Jika tak suka tentu menolak bahkan merekomendasikan warung yang biasa disinggahi.
Saat mendapatkan warung kopi berkriteria enak-enak, hati susah diajak pindah. Berhari-hari kita bersetia dengannya. Ngopi pagi, siang, bahkan malam di situ. Mau makan siang ada, kalau perlu salat tinggal ke musala.
Warung kopi tak hanya mampu berfungsi sebagai tempat santai, bagi beberapa orang bahkan menjadi “kantor”. Jika kaki pegal tinggal selonjor ke kursi bahkan ke atas meja (jika memungkinkan). Memesan kopi juga tak perlu teriak, cukup kasih kode dua jari ke arah pelayan yang sudah dikenal.
Seseorang, terutama yang bekerja tidak terikat jam kantor, biasanya hanya meninggalkan warung kopi untuk pulang beristirahat di rumah. Ini salah satu kekurangan warung kopi, belum menyediakan penginapan untuk pelanggannya.
Besoknya, seseorang akan kembali ke warung kopi itu, begitu seterusnya. Tak ada yang salah dari kebiasaan ini walaupun ritme hidup sepertinya, kok, terkesan buruk. Ya, ketika sebagian waktu dihabiskan di warung kopi patutlah Pak Rektor sebuah kampus di Darussalam itu jengkel karenanya. Kejengkelan Pak Rektor itu karena ia merasa kalah; tak sanggup membentengi kecanduan mahasiswa-mahasiswinya dari jeratan warung kopi.
Dari polah warung kopi yang begitu liberal itu, kita paham bahwa nasibnya tak seperti mantan. Warung kopi tidak gampang ditinggalkan. Ia menjerat hidup kita, bahkan segala tangis dan tertawa kita tumpahkan di warung kopi; tempat sama yang juga kita gunakan untuk buang hajat. Melupakan mantan bisa dilakukan paling lama setahun dua tahun, tidak dengan warung kopi. Kenangan di warung kopi tak bisa digantikan dengan memori (daun pisang) bersama mantan. Apalagi, jika warung kopi itu tempat kencan pertama dengan mantan.
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )
2 thoughts on “Mengenang Mantan di Warung Kopi”