BNOW ~ Junta Myanmar tutup lima media lokal sebagai bentuk pelarangan liputan demonstrasi antikudeta. Sebuah pukulan berat bagi kebebasan pers.
Kelima media yang ditutup adalah Mizzima, Democratic Voice of Burma (DVB), Khit Thit Media, Myanmar Now, dan 7Day News.
“Perusahaan tidak lagi diizinkan menyiarkan atau menulis atau memberikan informasi dengan menggunakan platform media apa pun atau menggunakan teknologi media apa pun,” bunyi pengumuman junta di stasiun televisi negara, MRTV.
Kelima media tersebut selama ini melaporkan secara ekstensif protes atas kudeta selama beberapa pekan terakhir. Mereka juga memuat tanggapan brutal dari pasukan keamanan.
Ratusan ribu orang turun ke jalan menyerukan militer mengembalikan kekuasaan kepada pemerintahan Aung San Suu Kyi. Polisi dan militer menanggapinya dengan balasan mematikan dan menewaskan lebih dari 50 orang.
Pada Senin malam, sebelum junta mengumumkan pelarangan beberapa media, tentara dan polisi menggerebek markas Myanmar Now, sebuah outlet berita yang meneliti Tatmadaw, militer Myanmar. Penggerebek menyita komputer, peralatan server data ruang berita, dan peralatan lainnya.
Ini pertama kalinya junta Myanmar tutup media dan menjadikannya sasaran sejak kudeta 1 Februari, menyusul penyerbuan beberapa rumah sakit di Yangon pada Minggu malam ketika junta berusaha menekan gerakan pembangkangan sipil yang telah melumpuhkan negara.
“Kami sekarang berada pada titik di mana melanjutkan pekerjaan kami berarti berisiko dipenjara atau dibunuh,” ujar Swe Win, pemimpin redaksi Myanmar Now, dalam artikel yang diterbitkan setelah penggerebekan. “Yang pasti kami tidak akan berhenti meliput kejahatan besar yang telah dilakukan rezim di seluruh negeri.”
Hampir 1.800 orang telah ditahan selama tindakan keras militer, termasuk puluhan jurnalis. Dalam satu video yang dibagikan pekan lalu, Kaung Myat Hlaing, jurnalis yang bekerja untuk DVB di kota selatan Myeik, merekam dari balkon ketika pasukan keamanan mengepung apartemennya, berteriak agar dia turun.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Makin Buas, 7 Pendemo Tewas Ditembak
Suara seperti tembakan terdengar di latar belakang. Hlaing sempat memanggil dan meminta bantuan tetangganya. DVB kemudian mengonfirmasi Hlaing telah ditahan.
Sementara itu, enam jurnalis, termasuk jurnalis foto Associated Press Thein Zaw, didakwa melanggar undang-undang ketertiban umum karena meliput kudeta. Mereka bisa dipenjara hingga tiga tahun.
DVB mengatakan tidak terkejut dengan pembatalan lisensinya karena mereka akan terus mengudara di TV satelit dan online. “Kami mengkhawatirkan keselamatan reporter dan staf kami, tetapi dalam pemberontakan saat ini, seluruh negara telah menjadi jurnalis warga dan tidak ada cara bagi otoritas militer untuk menutup arus informasi,” ujar direktur eksekutif Aye Chan Naing.
Sejak kudeta, pengunjuk rasa membanjiri media sosial dengan rekaman protes. Mereka menggunakan Facebook Live untuk mendokumentasikan tindakan keras militer terhadap demonstrasi damai.
Junta berusaha memblokir media sosial pada awal Februari, tetapi banyak yang menghindari pembatasan dengan menggunakan jaringan pribadi virtual atau VPN. Namun, pada malam hari, ketika militer melakukan penggerebekan rumah, junta secara rutin melakukan penutupan internet secara nasional.
Sebuah aliansi serikat pekerja yang berpengaruh di Myanmar menyerukan pemogokan nasional bagi pegawai negeri diperpanjang sejak Senin, sebagai upaya menghentikan kudeta militer.
Dampak pemogokan kini terasa di setiap tingkat infrastruktur nasional. Tak hanya rumah sakit, banyak kantor kementerian kosong dan bank tidak dapat beroperasi. Sementara junta telah memperingatkan pegawai negeri akan segera dipecat jika mereka terus melakukan pemogokan.