BNOW ~ Nepal dan Cina akhirnya merilis ketinggian terbaru Gunung Everest pada Selasa, 8 Desember 2020.
Ketinggian terbaru puncak tertinggi dunia itu ternyata tak terlalu jauh berbeda dari sebelumnya: 8.848,86 meter atau 29.031 kaki.
Data tersebut dirilis bersamaan oleh Departemen Survei Nepal di Kathmandu dan Otoritas Cina di Beijing, berdasarkan hasil pengukuran kedua negara dalam proyek multi-tahun untuk mengukur gunung legendaris tersebut secara definitif.
Ketinggian terbaru Everest setidaknya bakal mengakhiri perdebatan selama puluhan tahun di antara kedua negara.
“Ini hari bersejarah,” ujar Menteri Luar Negeri Nepal Pradeep Gyawali. Menteri Luar Negeri Cina Wang Li juga mengumumkan ketinggian yang sama segera setelah itu.
Nepal telah mengerjakan pengukuran Everest sejak 2011. Namun langkah ini tertunda karena kurangnya dana dan gejolak politik.
Proyek pengukuran akhirnya dimulai lagi pada 2017. Menurut Departemen Survei Nepal, pengukuran menggunakan berbagai metode, baik tradisional maupun memakai teknologi terbaru.
Beda Ketinggian
Ketinggian Gunung Everest telah menjadi perdebatan sejak sekelompok surveyor Inggris di India menyatakan ketinggian Puncak XV__sebagaimana awalnya Puncak Everest disebut__adalah 8.778 meter pada 1847.
Setelah itu antara 1849 dan 1855, Survey of India melakukan pengamatan dari Dehradun, pangkalan India ke pangkalan Sonakhoda di Bihar.
Selama pengamatan triangulasi ini, puncak Himalaya Nepal juga diamati. Saat itu belum diketahui kalau puncak di Himalaya adalah yang tertinggi di dunia.
Selama penghitungan, rata-rata ketinggian Puncak XV yang dihitung adalah 29.002 kaki atau 8839,80 meter. Puncak itu kemudian dinamakan Everest, sesuai nama Sir George Everest, mantan surveyor Pemerintahan Inggris di India.
Sesudah itu, ketinggian yang diterima secara luas adalah 8.848 meter atau 29.028 kaki, yang ditentukan oleh Survei India pada 1954 dari Bihar dengan menggunakan metode trigonometri. Ini survei ketiga oleh India.
Namun, ketinggian Everest tak pernah tepat.
Sebuah survei Cina pada 1975 memperoleh angka 29.029,24 kaki (8.848,11 meter). Selanjutnya pada 1987, Italia dengan menggunakan teknik survei satelit memperoleh nilai 29.108 kaki (8.872 meter).
Namun, muncul pertanyaan tentang metode yang digunakan dari survei kedua negara.
Pada 1999, sebuah survei Amerika yang disponsori National Geographic Society dan lainnya, melakukan pengukuran yang tepat menggunakan peralatan sistem penentuan posisi global atau GPS.
Penemuan mereka di ketinggian 29.035 kaki (8.850 meter) diterima luas oleh masyarakat dan berbagai ahli geodesi serta kartografi.
Nepal sebagai “pemilik” Everest menyambut baik hasil itu tapi terus menggunakan ketinggian 8.848 meter sesuai survei 1954.
Pada 2005, Biro Survei dan Pemetaan Cina mengukur ulang dengan menggunakan sistem radar penembus es yang terhubung GPS. Hasilnya 29.017,12 kaki atau 8.844,43 meter sebagai ketinggian bebatuan Everest.
Cina dan Nepal kemudian berdebat, apakah ketinggian salju atau ketinggian batu yang harus dipakai.
Nepal membantah angka Cina, lebih memilih angka 29.028 kaki untuk menyebut ketinggian salju.
Alasannya, ketinggian menjadi salah satu alasan utama Nepal dalam menarik minat banyak calon pendaki ke Everest.
Ang Tsering Sherpa, mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal, mengatakan jumlah calon pendaki Everest di Nepal mulai membengkak sejak 2007.
Ketika itu Tiongkok mulai mengeluarkan sertifikat pendakian Everest yang menyatakan ketinggian 8.844,57 meter. Sementara Nepal bersikukuh di angka 8.848 meter untuk sertifikat serupa.
Ketinggian lebih rendah, kata Sherpa, tak diakui oleh berbagai organisasi internasional. Termasuk Guinness World Record yang melacak dan mendokumentasikan fakta serta pencapaian para pemecah rekor.
Sejak 2016, Tiongkok pun mulai mengeluarkan izin pendakian yang menyatakan ketinggian Everest 8.848,13 meter.
Cina Lebih Untung
“Sekarang, akan ada kesamaan ketinggian yang mengakhiri semua perdebatan,” ujar Sherpa.
Namun, dia menilai pengumuman ketinggian terbaru Gunung Everest akan memberikan Cina keuntungan besar dalam industri pendakian. “Mendaki Everest melalui sisi utara [Tibet] jauh lebih murah daripada sisi selatan,” katanya.
Paket biaya mendaki Everest dari Cina untuk pendaki asing, rata-rata “cuma” sekitar USD 25.000. Nilanya hampir setengah dari biaya yang dikeluarkan pendaki Everest dari jalur Nepal.
Sementara bagi Nepal, Everest adalah “sapi perah” terbesar mereka dalam hal pariwisata.
“Karena orang-orang sensitif terhadap harga, Cina akan mendapat keuntungan besar sekarang.”
Di Nepal, tambah Sherpa, uang yang dihabiskan oleh seorang pendaki sebagian besar menguntungkan perekonomian pedesaan.
Selain itu, pendakian dari Nepal memungkinkan para trekker menikmati petualangan lengkap.
“Perjalanan selama berpekan-pekan untuk mencapai base camp dan petualangan mendaki dari selatan adalah pengalaman yang mengubah hidup.”