BNOW ~ Pengadilan Tiongkok pada Senin pagi menjatuhkan hukuman empat tahun penjara kepada Zhang Zhan, jurnalis warga yang melaporkan penanganan virus corona di Wuhan.
Zhan dinyatakan bersalah karena laporannya dinilai “memicu pertengkaran dan memprovokasi masalah”. Tuduhan ini kerap dilontarkan Pemerintah China terhadap para aktivis dan kritikus untuk membungkam kebebasan berpendapat.
“Zhang Zhan menghadiri persidangan dengan kursi roda dan kesehatannya buruk. Dia tidak mengatakan apakah akan mengajukan banding [terhadap hukuman],” ujar pengacaranya.
Ketika persidangannya akan dimulai, puluhan warga yang datang dari seluruh negeri untuk mendukungnya, diusir polisi di depan pengadilan Pudong.
Polisi menegakkan keamanan ketat di luar pengadilan. Mereka melarang jurnalis asing masuk dengan alasan “karena epidemi”.
Li Dawei, aktivis hak asasi dan mantan petugas polisi dari provinsi Gansu, naik kereta ke Shanghai untuk memberikan dukungan kepada Zhan. Dia tiba di pengadilan sekitar pukul 9 pagi dan meminta masuk ke ruang sidang tetapi tidak diizinkan.
Menghilang Setelah Mengkritik
Zhan salah satu dari beberapa jurnalis warga yang melaporkan pengalaman awal orang-orang di Wuhan selama karantina wilayah. Yang lain telah ditahan atau diperintahkan menghentikan pelaporan online mereka.
Sejak awal merebaknya corona, Zhan yang tinggal di Shanghai bergegas menuju Wuhan. Dia tiba pada 1 Februari dan melaporkan langsung kondisi di sana. Zhan terjun langsung ke pusat kota dan mewawancarai warga setempat.
Zhan melakukan laporan langsung dari rumah sakit yang penuh dengan pasien. Dia juga memperlihatkan jalan-jalan di Wuhan yang kosong; sebuah gambaran yang lebih mengerikan ketimbang apa yang dirilis secara resmi oleh pemerintah.
Laporan Zhan diunggah di beberapa platform. Klip video pendeknya yang diunggah ke YouTube terdiri dari wawancara dengan warga, komentar dan rekaman di krematorium, stasiun kereta api, rumah sakit, dan Institut Virologi Wuhan.
Pemerintah China tidak senang akan hal tersebut. Mereka pun menangkap perempuan 37 tahun itu pada pertengahan Mei lalu.
Zhang Zhan menghilang sehari setelah mempublikasikan video yang mengkritik cara otoritas China menangani pandemi.
Menurut LSM Jaringan Pembela Hak Asasi Manusia China atau CHRD, Zhang hilang dari Wuhan pada 14 Mei. Sehari kemudian terungkap dia telah ditahan polisi di Shanghai, yang berjarak dari 640 kilometer dari Wuhan.
Dia secara resmi didakwa awal November. Lembar dakwaan menuduh Zhan menyebarkan informasi palsu berupa teks dan video melalui platform seperti WeChat, Twitter, dan YouTube. Dia juga dituduh menerima wawancara dengan media asing dan “dengan jahat menyebarkan” informasi tentang virus di Wuhan.
Zhan ditahan di penjara Pudong. Dia memprotes penangkapannya dengan mogok makan pada akhir Juni, menurut dokumen pengadilan yang dilihat oleh Reuters.
Salah seorang pengacaranya, Zhang Keke yang mengunjungi Zhan awal Desember mengatakan polisi memaksa kliennya makan lewat selang. Zhan mengeluh sakit kepala, pusing, dan sakit perut.
“[Zhan] Dibatasi 24 jam sehari, dia membutuhkan bantuan untuk pergi ke kamar mandi. Dia merasa lelah secara psikologis, seperti setiap hari adalah siksaan.”
Dukungan Mengalir
Dukungan untuk Zhan terus mengalir, bahkan sebelum vonis diputuskan. Xiao Mu, seorang warga Wuhan, melakukan perjalanan dari Wuhan ke Shanghai pada Minggu. Dia bertemu Zhang Zhan di Wuhan pada April.
“Kami sangat ketakutan tentang virus dan masa depan selama penguncian Wuhan, jadi kami berterima kasih kepada Zhang Zhan karena telah tiba di Wuhan. Berani sekali. Saya mendengar bahwa dia membeli tiket kereta ke Chongqing dan turun di Wuhan, sendirian.”
“Zhang Zhan adalah orang yang membayar harga terbesar untuk Wuhan, harga darah dan air mata, kesehatan, dan kehidupan. Zhang Zhan sangat teguh pada kebenaran dan keyakinan. Sebagai penduduk asli Wuhan, saya harus mendukungnya.”
Ini bukan pertama kalinya Zhan terlibat masalah dengan otoritas Tiongkok. Menurut CHRD, dia dipanggil polisi di Shanghai pada September 2019 dan ditahan karena menyuarakan dukungan untuk aktivis di Hong Kong.
Kritik terhadap penanganan awal China atas krisis corona telah disensor. Para pelapor dan para dokter diperingatkan agar tidak bersuara. Sementara media-media pemerintah memuji keberhasilan China menangani virus berkat kepemimpinan Presiden Xi Jinping.