~ Bentar lagi, WhatsApp bikin ‘Wazaphouse’, Facebook buat ‘Bookhouse’
MiTalk yang sudah masuk ke “liang lahat”, kini dihidupkan kembali oleh Xiaomi. Semua gara-gara aplikasi obrolan bernama Clubhouse yang pamor dua bulan belakangan ini.
Sebagai raksasa ponsel pintar China, Xiaomi sepertinya tak mau kalah saing dari jejaring sosial khusus audio yang diluncurkan April 2020 oleh Paul Davison dan Rohan Seth dari Alpha Exploration.
Untuk melengkapkan niatnya, Xiaomi merombak kembali aplikasi MiTalk yang telah ditutup. Dilansir SCMP, MiTalk diluncurkan ulang hanya delapan hari setelah ditutup pada 19 Februari. Dalam pengumuman yang disiarkan di Weibo, Xiaomi mengungkap alasan peluncuran kembali “karena perubahan dalam bisnis”.
Menghidupkan kembali MiTalk menjadi semacam “jalan pedang” bagi Xiaomi untuk menggantikan Clubhouse yang dilarang China sejak 8 Februari. Sebelum dilarang, pada pekan pertama Februari, aplikasi media sosial dari Silicon Valley, Amerika Serikat itu melonjak popularitasnya di China.
Kini, MiTalk diperkenalkan kembali sebagai aplikasi obrolan audio khusus undangan, persis Clubhouse. Hmmm, bukan China namanya kalau tidak jago meniru, ya kan?
“MiTalk baru menggunakan nama Cina, Jushou atau “angkat tangan” di toko aplikasi Android, adalah platform bagi para profesional berbagi wawasan dan mengangkat tangan [mereka] di ruang obrolan untuk bergabung dalam diskusi,” beber MiTalk dalam pengumuman terbarunya.
Di Clubhouse, siapa pun yang ingin bergabung dalam diskusi, cukup mengetuk ikon tangan untuk “angkat tangan” agar dilihat oleh moderator. Dan sekarang Xiaomi latah membenamkan fitur Clubhouse itu ke di MiTalk. Ruarr biasa…
Fitur undangan MiTalk masih dalam tahap beta, hanya terbuka untuk pengguna “dalam skala kecil”. Begitu pula halnya dengan Clubhouse, yang masih dalam versi beta setelah hampir setahun beroperasi.
Menurut Gizmochina, saat ini hanya karyawan Xiaomi di China yang dapat menggunakan aplikasi itu dengan nomor kontak terdaftar dari perusahaan mereka. Namun, MiTalk baru akan segera tersedia untuk masyarakat umum di China.
Baca Juga: Bill Gates Ungkap Alasan Tak Tertarik Pergi ke Mars Seperti Elon Musk
MiTalk telah ada sejak 2010 tetapi tidak pernah populer di kalangan pengguna Xiaomi. MiTalk mirip dengan aplikasi perpesanan instan lainnya. Pengguna bisa mengobrol, mengirim file, melakukan panggilan audio dan video, dan berlangganan blog.
Namun, MiTalk kalah tenar dalam persaingan pasar media sosial, terutama bila dibandingkan dengan Wechat, aplikasi super milik Tencent Holdings yang diluncurkan pada 2011.
“Xiaomi tidak memiliki keuntungan besar di media sosial. MiTalk diluncurkan sebelum WeChat tetapi tidak tumbuh besar,” ujar analis internet independen Ge Jia.
Semua akan Clubhouse Pada Waktunya
Selain Xiaomi, beberapa perusahaan lokal kini berlomba-lomba meniru kesuksesan Clubhouse. Aplikasi serupa lainnya termasuk Two yang didukung pengusaha cryptocurrency Justin Sun. Lalu ada Dizhua milik platform berbagi pengetahuan Guokr yang kini dimodifikasi mirip Clubhouse.
Namun, menyaingi kesuksesan Clubhouse sepertinya tak mudah. Apalagi di China. Negara ini sangat ketat mengatur konten online. Aplikasi-aplikasi media sosial kerap menjadi target umum penyensoran.
Bulan lalu, perusahaan streaming langsung, Inke, menghapus aplikasi Duihuaba yang mirip Clubhouse dari toko aplikasi. Meskipun Inke menyebutkan perlunya perbaikan aplikasi, penghapusan itu mencerminkan kompleksnya masalah yang harus dilihat perusahaan teknologi China ketika mereka mencoba tumbuh di tengah cengkeraman pemerintah yang kian ketat.
Berbeda halnya dengan Lizhi. Pemilik platform podcast terbesar kedua di China ini berusaha menghindari masalah penyensoran. Lizhi memiliki aplikasi seperti Clubhouse bernama Tiya. Namun, CEO Lizhi Marco Lai Jinnan mengatakan Tiya didirikan dan dioperasikan sebagai perusahaan Amerika Serikat.
Media sosial berbasis audio Clubhouse mulai terkenal sejak Januari 2021 ketika dedengkot Tesla Elon Musk meladeni wawancara melalui platform tersebut.
Di luar China, seiring meningkat popularitas Clubhouse, raksasa media sosial seperti Facebook dan Twitter mulai mempersiapkan alternatif serupa. Twitter sudah menguji fitur yang mereka sebut “Spaces”.
“Spaces tempat berkumpul, dibangun berdasarkan suara orang-orang yang menggunakan Twitter. Spaces hidup selama terbuka, setelah berakhir, tidak lagi tersedia untuk umum di Twitter,” tulis Twitter di laman pusat bantuan. Buat pengguna Android yang ingin mencoba silakan berkecil hati karena aplikasi ini baru tersedia di iOS.
Terlepas dari banyaknya kompetitor Clubhouse, Ge Jia menilai aplikasi model ini tidak akan besar di China. “Obrolan audio sudah ada di sini lebih dari 20 tahun yang lalu. Ini bukan model yang inovatif. Jejaring sosial China lebih nyaman dan maju daripada Amerika Serikat, jadi kami mungkin tidak membutuhkan produk seperti itu lagi.”
Iya, lagian apa sih enaknya pakai “rumah klub” itu?