~ Ambilkan Bulan, Bu … untuk menerangi … tidurku yang lelap … di malam gelap …
Malam-malam pada pekan menjelang akhir Desember ini jangan lupa tengok-tengok langit ya, Breeders. Ada pemandangan indah tersaji di langit sana. Yap, sebuah benda yang kerap kita sebut bulan purnama sedang terlihat berseri-seri.
Purnama memang selalu menjadi inspirasi bagi banyak orang. Tak cuma peneliti-peneliti yang kerja di NASA yang senang purnama. Anak-anak kecil juga. Makanya ada lagu ‘Ambilkan Bulan’ yang diciptakan oleh Pak Masagus Abdullah Mahmud atau lebih dikenal dengan nama Abdullah Totong Mahmud. Pria kelahiran Palembang ini menciptakan lagu tersebut sesuai permintaan anaknya, Roike. Ceritanya, waktu itu Roike sedang bermain patok lelek di beranda rumah dan melihat bulan. Tiba-tiba, ia berkata, “Pa, ambilkan bulan”.
Walaupun awalnya bingung, permintaan Roike terngiang terus di telinga Pak Mahmud. Ia pun membuat lagu tersebut. Tapi, beliau mengubah ‘Pa’ menjadi ‘Bu’ dalam bait lagu, supaya terkesan lembut. Enak ya punya orang tua pencipta lagu. Untung anaknya nggak minta ambil bakso, bisa jadi Pak Mahmud bakal menciptakan lagu juga, hehehe. Breeders nggak percaya sama informasi ini? Cek aja di sini.
Baiklah, kita tinggalkan Pak Mahmud. Menurut laman Moon Giant, pada Desember ini muncul purnama penuh. Maksudnya adalah, penampakan bulan sangat penuh atau bulan terlihat begitu bundar.
Di Amerika Utara, orang-orang menyebut purnama Desember sebagai Full Long Nights Moon, Cold Moon, atau Moon Before Yule. Sementara di bumi bagian Selatan–di mana sekarang musim panas sekarang, nama-nama untuk purnama ini termasuk aneh. Mereka bilang namanya Strawberry Moon, Honey Moon, dan Rose Moon. Nah, kita yang tinggal di garis khatulistiwa dengan cuaca hangat-hangat terik ini, sepertinya cukup menyebut purnama saja. Atau, purnama panjang (Pak Mahmud kok nggak ciptakan lagu purnama, ya).
Nama Full Long Nights Moon ini terinspirasi dari ‘winter solstice’ atau titik balik matahari pada musim dingin. Saat inilah, terjadi malam terpanjang sepanjang tahun. The Full Long Nights Moon memotong lintasan yang menjulang tinggi melalui langit musim dingin, berlawanan langsung dengan matahari yang menggantung rendah.
Sementara sebutan Cold Moon datang dari lidah orang Algonquin. Mereka ini Indian di Amerika Utara yang tinggal di sepanjang Sungai Ottawa, Kanada. Penyebutan ini mengacu pada suhu dingin pada malam terpanjang itu. Agak klise memang karena purnama kerap kali dikaitkan dengan kehangatan, bukannya kedinginan.
Purnama panjang muncul pada 22 Desember 2018, sehari setelah titik balik matahari. Bulannya benar-benar penuh saat bertengger 180 derajat berlawanan dengan matahari. Namun, penampakannya tidak terlihat secara bersamaan di setiap belahan dunia. Karena, eh, karena bumi itu, bulat atau datar, sih?.
Di Amerika, purnama muncul pada 22 Desember pukul 17:49 UTC. Mengacu pada zona waktu itu, di Alaska terlihat pukul 08.49 pagi dan di Hawaii pukul 07.49. Bingung cara lihatnya? Cek panduannya di sini.
Sementara untuk kita di Indonesia maupun di Aceh, purnama panjang bakal terlihat pada 23 Desember 2018, pukul 00.48 WIB. Saat itu Full Moon atau Cold Moon ini akan penuh hingga 99,8 persen. Cek lagi di sini.
Mengapa Full Moon Desember ini menarik? Karena fenomena ini terjadi dalam waktu berjauhan. Sebelumnya, purnama serupa terlihat sehari sebelum berakhirnya tahun 2010. Saat itu, purnama tersebut menyebabkan gerhana total. Kejadian serupa, kata astronom, akan terlihat pada 2029 nanti. Tapi, Desember ini, purnama panjang tersebut tak akan menyebabkan gerhana.
Supaya nggak serius kali, di bawah ini ada beberapa foto penampakan full moon dari Aceh hingga Alaska. Silakan dilihat baik-baik bentuk bulannya.
Foto lain seperti dari Alaska, menyusul. Hingga tulisan ini tayang, purnama belum tampak penuh di sana. Fotografer di Alaska masih menunggu malam. Tunggu updatenya, ya, Breeders 🙂
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )