VINE. Mungkin bagi Breeders aplikasi yang satu ini kurang begitu “fine” di telinga. Hanya sebagai pengingat saja, Vine dikenal sebagai layanan berbagi video singkat. Video-video yang diunggah ke aplikasi Vine dibatasi durasinya hanya enam detik.
Vine dibuat oleh Dom Hofmann, Rus Yusupov, dan Colin Kroll pada Juni 2012. Berbilang bulan saja, tepatnya pada Oktober, Vine diakuisisi Twitter. Nilai penjualannya sekitar USD 30 juta.
Secara resmi, Vine diluncurkan pada 24 Januari 2013 sebagai aplikasi gratis untuk iOS. Lalu pada 2 Juni 2013, aplikasi Vine untuk Android dirilis. Di App Store, pada 9 April 2013 Vine mencatat sejarah sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh.
Kejayaan Vine tak berlangsung lama. Pada 18 Januari 2017, Vine ditutup oleh Twitter. Tak jelas apa maksud Twitter, setelah membeli, kok malah menutup. Vine diturunkan “derajatnya” dari media sosial menjadi aplikasi Vine Camera.
Banyak yang menyesalkan tindakan Twitter itu sama seperti membunuh semua kesenangan di internet. Ya, Vine ketika itu memang terkenal dengan video-videonya yang lucu, menarik, dan inspiratif. Rus Yusupov bahkan terang-terangan menyatakan menyesal telah menjual Vine kepada Twitter.
Di balik itu, ada yang menyebutkan Vine tutup karena para “bintang” medsos tersebut berhenti mengunggah video. Menurut data yang dirilis Markerly (layanan teknologi yang menawarkan manajemen influencer end-to-end), kategori pengguna top adalah yang memiliki follower 15 ribu atau lebih.
Markerly mengungkapkan, lebih dari setengah atau 52 persen pengguna top Vine yang berhenti mengunggah karya mereka. Persentase itu setara dengan 9.725 pengguna Vine yang masing-masing memiliki follower lebih dari 15 ribu.
Faktor berhentinya pengguna-pengguna top itu karena layanan serupa seperti Snapchat, Instagram, dan YouTube mulai eksis. Lewat Snapchat dan Instagram, user bisa berbagi video pendek. Sedangkan YouTube digunakan jika ingin berbagi konten video dengan durasi lebih lama.
Satu sisi hal tersebut agak “aneh”. Mengingat Vine sedang berada di titik tertinggi dan usianya lebih muda ketimbang Snapchat yang sudah ada sejak September 2011 dan Instagram 6 Oktober 2010.
Bedanya, Snapchat membolehkan pengguna mengambil foto, merekam video, menambahkan teks dan lukisan, dan mengirimkannya ke daftar penerima yang ditentukan. Pengguna menetapkan batas waktu tersedianya konten itu lalu disembunyikan dari perangkat penerima dan dihapus dari server Snapchat.
Sementara Instagram memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil video, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Satu fitur unik di Instagram adalah pemotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat seperti hasil kamera Kodak Instamatic dan polaroid. Instagram sendiri mulai terbilang pamor ketika diakuisisi Facebook pada 9 April 2012 senilai USD 1 miliar.
Versi lain menyebutkan, awalnya Instagram tidak memiliki fitur video. Barulah setahun setelah dipegang Facebook, Instagram secara resmi meluncurkan fitur video. Entah karena kedigdayaan Facebook sebagai medsos terbesar, dalam kurun 24 jam setelah fitur video diluncurkan, sudah ada lebih dari lima juta video yang diunggah ke Instagram.
Faktor ini juga yang menjadi titik jatuh Vine dengan penurunan share video melalui Twitter. Penurunan drastis hingga mencapai angka 50 persen dialami oleh Vine tepat sehari setelah peluncuran fitur video Instagram. Sepintas, beginilah kondisi ketika dua raksasa medsos bertarung.
Adapun Vine sejak berada di tangan Twitter juga tak kalah fitur-fitur yang ditanamkan. Misalnya, fitur ‘Sessions’ dan ‘Time Travel’. Keduanya memudahkan pengguna merekam dan mengedit video sebelum dibagikan ke linimasa. Pada versi Vine yang lama, pengguna harus merekam video dan mengunggah secara langsung. Jika tidak, terpaksa harus kehilangan rekaman video tersebut.
Fitur lainnya bernama Soundboard. Pada dasarnya ini alat untuk menambahkan berbagai macam efek suara dalam video yang diunggah.
Vine 2
Kini, di tengah kondisi Vine seakan pensiun dini, muncul kabar platform ini bakal hadir kembali. Vine Reborn? Bukan. Namanya V2 alias Vine 2. Berawal dari cuitan Dom Hofmann, salah satu pendiri Vine pada 1 Desember 2017. Lewat akun @dhof ia menuliskan, “Sedang mempertimbangkan gagasan untuk meluncurkan sebuah kelanjutan dari Vine.”
Lalu pada 7 Desember, Hofmann mengunggah sebuah logo yang diberi judul v2. Warna hijau latar belakang logo identik dengan Vine.
Menurut Hofmann, V2 tersebut akan dibiayai sendiri dan dikerjakan secara sambil lalu. “Jadi tidak mengganggu kerja yang sedang kami lakukan di perusahaan, yang merupakan prioritas pertama saya,” tulisnya.
Walaupun masih diragukan, apa yang ditulis Hofmann tersebut kini ditunggu sebagian khalayak. Menurut tweet dari akun resmi Vine 2, @Vine2Creators, versi beta V2 akan dirilis pada 31 Januari. Sementara versi resminya dirilis sekitar Maret. Bagi Breeders yang ingin melacak bagaimana dan kapan bisa mendapatkan akses ke versi beta, akun @Vine2Beta memiliki semua informasi terbaru soal itu.
Penjelasan Twitter
Menurut Twitter seperti dikutip dari lama Help Center, sejak 2019, arsip Vine lengkap tidak lagi tersedia. Konten yang tersisa di Vine hanya dapat ditemukan dengan menggunakan tautan dari akun Vine. Atau tautan tweet jika Vine dibagikan ke Twitter. Itu pun jika belum dihapus.
Para pengguna tidak bisa lagi masuk atau login ke akunnya. Twitter menyarankan jika pengguna ingin menghapus akun dapat memberi tahu mereka dengan mengirim email ke [email protected] dengan tautan ke halaman profil Vine pengguna.
Jika pengguna tidak bisa melihat profil akunnya, kemungkinan karena keterbatasan teknis. Tidak jelas apa maksud dari keterbatasan teknis yang disebutkan Twitter ini.
Pengguna pun tidak dapat lagi mengunduh video-video di Vine. Pengunjung hanya dapat melihatnya di situs web vine.co. Namun, gimana mau lihat kalau masuk ke tautan akun saja nggak bisa!
Diperbarui pada ( 7 Januari 2022 )