~ Pak Bolsonaro, silakan dimamam dulu ciloknya
Presiden Brazil Jair Bolsonaro mengeluarkan pernyataan “cerdas” terbaru bahwa vaksin corona bisa membuat orang berubah jadi buaya darat atau wanita berjanggut.
Sasaran Bolsornaro adalah vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech. Vaksin ini telah diuji coba di Brazil dan digunakan di Amerika Serikat dan Inggris.
“Dalam kontrak Pfizer sangat jelas: ‘kami tidak bertanggung jawab atas efek samping apa pun.’ Jika Anda berubah menjadi buaya, itu masalah Anda,” ujar Bolsonaro Rabu lalu saat peluncuran program inokulasi massal.
“Jika Anda menjadi manusia super, jika seorang wanita mulai menumbuhkan janggut atau jika seorang pria mulai berbicara dengan suara feminim, mereka [produsen vaksin] tidak akan ada hubungannya dengan itu,” ejek Bolsonaro.
Bolsonaro yang memiliki latar belakang militer ini sejak awal memang tak percaya corona. Dia bilang covid-19 cuma flu biasa.
Ke mana-mana Bolsonaro tak pakai masker hingga kemudian dia positif covid-19. Bolsonaro tertular virus pada Juli tapi pulih setelah tiga pekan.
Tingkah Bolsonaro sebelas dua belas dengan presiden Amerika yang tidak mau lengser itu.
Beda sedikit dengan Donald Trump, Bolsonaro mengatakan ia tidak memerlukan vaksin karena tubuhnya telah mengembangkan antibodi setelah terkena covid-19.
Untuk soal antibodi ini, Pak Bolsonaro bahkan menge-gas balik para penentangnya.
“Beberapa orang mengatakan saya memberikan contoh yang buruk. Tetapi kepada orang-orang dungu, kepada orang-orang bodoh yang mengatakan ini, saya memberi tahu mereka bahwa saya sudah tertular virus, saya memiliki antibodi, jadi mengapa harus divaksinasi?”
Sangat berisi dan cerdas sekali, kan?
Tak sampai di situ saja. Bolsonaro mengatakan meskipun vaksin diberikan gratis, tidak semua orang wajib divaksin.
Omongan itu membuat Mahkamah Agung Brazil gerah, mereka langsung gerak cepat. Mahkamah lalu mengeluarkan keputusan yang menyebutkan vaksinasi wajib, tetapi tidak dapat “dipaksakan”.
Menurut putusan itu, pemerintah boleh mendenda orang yang tidak divaksin bahkan melarang mereka berada di ruang publik tertentu. Namun, tidak dapat memaksa orang untuk mengambil vaksin.
Gelombang Kedua
Sejak merebaknya pandemi corona, Brazil mencatat lebih dari 7,1 juta kasus positif. Hampir 185 ribu orang meninggal karena penyakit “flu biasa” versi Bolsonaro tersebut.
Sekarang Brazil sedang berada di tengah gelombang kedua infeksi. Setelah mencapai puncaknya pada Juni hingga Agustus, kasus menurun tapi naik lagi sejak November.
Pemerintahan sayap kanan Bolsonaro sejauh ini dinilai gagal mengatasi pandemi. Boleh jadi, sebagian dari 212 juta warga Brazil “sakit kepala ringan” melihat ulah presidennya itu.
Tapi, apa mau dikata. Program vaksinasi negara itu telah banyak dikritik karena terlambat dan kacau, paling tidak karena tentangan yang sengit dari Pak Bolsonaro. Dia bahkan disebut menyabotase program vaksinasi untuk rakyatnya itu.
Bolsonaro lebih memilih vaksin buatan raksasa farmasi AstraZeneca dan Universitas Oxford. Dia sengaja melambat-lambatkan tandatangan kontrak dengan Pfizer.
Bolsonaro juga dengan sengaja menghindari vaksin eksperimental Coronavac buatan Cina. Mungkin karena dia tokoh sayap kanan makanya menghindari vaksin “kiri”.
Namun, Gubernur São Paulo, João Doria, yang juga sama-sama sayap kanan telah mengupayakan vaksin Cina tersebut. Doria disebut-sebut sebagai penantang Bolsonaro dalam Piplres 2022 mendatang.
Para pengamat percaya permusuhan Bolsonaro terhadap vaksin Coronavac dirancang untuk menghentikan langkah Doria tampil sebagai penyelamat Brazil.