~ Demokrasi Amerika Nggak Ada Apa-apanya Dibandingkan Indonesia
Oke, sekarang Joe Biden-Kamala Harris telah memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat. Mereka berhasil mengalahkan petahana Donald Trump__yang di mata sebagian siswa sekolah dasar Amerika, adalah pria yang tidak ada apa-apanya.
Sejatinya ini sejarah bagi orang Amerika Serikat karena akhirnya mereka berhasil memiliki seorang wakil presiden perempuan.
Ternyata, butuh waktu begitu lama bagi rakyat Amerika untuk memberikan jalan bagi seorang perempuan menapaki kursi wakil presiden, berkulit hitam pula.
Kamala Harris, seperti ditulis oleh CNBC Indonesia, berhasil melibas penghalang yang membuat pria, hampir semuanya berkulit putih, yang bercokol di tingkat tertinggi politik Amerika Serikat selama lebih dari dua abad.
Mengutip APNews, Kamala Harris yang juga Senator California berusia 56 tahun ini merupakan orang pertama keturunan Asia Selatan yang terpilih sebagai wakil presiden.
Jelas, kemenangan Biden-Harris adalah rentetan sejarah yang patut dibukukan. Bahkan difilmkan oleh Netflik.
Tapi, sejarah tersebut adalah bukti bahwa Amerika Serikat tertinggal jauh soal urusan demokrasi.
Ya, walaupun dalam hal ini Amerika dikenal sebagai negara brengsek yang paling getol mengampanyekan sistem demokrasi ke seluruh dunia__bahkan percaya atau tidak, oleh para pengamat yang kerap “onani” dicap sebagai kiblatnya demokrasi (helllow), penegakan HAM (widih), kesetaraan gender (buset), dielu-elukan kiblat perang terhadap rasisme (padahal hobi perang), simbol negara yang menyejahterakan rakyatnya, isilop dunia yang menegakkan keadilan bagi seluruh umat manusia (berak), silakan tambah kalau ada__Paman Sam cuma upil sisa kemarin malam bila dibandingkan dengan Indonesia.
Kok bisa? Bisa, dong, karena Indonesia adalah negara paling demokratis se-Asia Pasifik. Konon, banyak negara di Asia Pasifik pengen “berguru” soal demokrasi ke Indonesia.
Tidak ada catatan pelanggaran HAM di Indonesia yang membuat negara ini dikucilkan oleh dunia. Tidak ada juga persoalan rasisme. Indonesia juga negara yang paling, paling, dan paling menyejahterakan rakyatnya.
Untuk saat ini, yang paling dibanggakan dari Indonesia adalah negara kita lebih dulu punya presiden perempuan ketimbang Amerika Serikat.
Saat Amerika__bahkan hingga saat ini__menjajah kekayaan alam negara kita seenak perutnya, Indonesia sudah tampil di pentas Asia bahkan dunia dengan mengusung presiden wanita pertama pada 2001.
Hingga sekarang, Amerika belum mampu mengungguli kita soal itu. Baru jadi wapres, apa pula yang mesti dibanggakan?
Dan rasa-rasanya Amerika patut jugalah belajar ke Indonesia. Setidaknya mondok beberapa tahun di sini untuk belajar soal demokrasi, penegakan HAM, dan sebangsanya.
Di sisi lain, kemenangan Biden-Harris sebaiknya tak perlu disambut terlalu gegap gempita. Apalagi bagi kita yang cuma aktivis Tiktok. Secukupnya saja nggak usah pake susu.
Kita perlu belajar dari omongan bijak seorang tukang bakso. Beliau bilang, “politik itu manis di awal tapi pahit di ujung, mending makan bakso saya yang ada gurih-gurih asinnya.”
Orang yang kalian elu-elukan hari ini kemungkinan besar akan brengsek di kemudian hari. Sudah ada contohnya, belajarlah dari orang itu. Lebih enak kalau sambil makan bakso.[]
Diperbarui pada ( 21 Maret 2024 )
4 thoughts on “Payah, Baru Sekarang Amerika Punya Wapres Perempuan”